Friday, May 5, 2017

KI HADJAR DEWANTARA, THE FATHER OF INDONESIAN EDUCATION


Halo minna-san semua...
Hehehe 😊😊😊

Akhirnya, ane comeback lagi nih setelah beberapa minggu. Hohohoh 😁. Maklum, lagi ada ujian bentar. Jadinya, vakum bentar. Heheheh. Btw, gak kerasa ya udah Bulan Mei aja. Baru berapa bulan ane ngeblog, udah Mei lagi. Hmmm.... 😑😑😑 ( #mikir-mikir #pegangjenggot ). Bicara soal bulan Mei, kayak ingat something apa gitu. Heheheh 😁😁😁 ( Puasa bang..., bentar lagi Bulan Puasa Bang. Tobat............. Wkwkwkwk 😁). Tapi, kalo bicara Bulan Mei, dan masih anget-angetnya di awal Bulan Mei, semacam teringat sesuatu. Coba di cek dulu, di Bulan Mei ada apa aja ya....

LET ME CHECK IT BEFORE...

Hemmmmm.........😕😕😕

Oh ya, baru ingat....😊😊😊 

Tepat ditanggal 2 Bulan kelima alias Bulan Mei. Nah, mungkin sebagian dari kita ingat kalo hari itu adalah Hari Pendidikan Nasional atau yang biasa disingkat HARDIKNAS. Nah, kebetulan, hari ini juga diperingati sebagai hari lahir Bapak Pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hadjar Dewantara. Bicara soal Ki Hadjar Dewantara, mungkin sebagian dari kita ingat sesuatu dari beliau. Yap, Taman Siswa yang bisa dibilang sekolah pribum pertama yang beliau dirikan. Mungkin, kalo cuman bicara soal Taman Siswa doang, agak sedikit singkat kali yak. Seperti kata Bung Karno, yaitu JAS MERAH ( JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH). Nah, daripada kita gak kenal sama sejarah Ki Hadjar Dewantara ini, gak ada salahnya dong kita harus tau tentang beliau dimulai beliau lahir hingga berhasil mendirikan Taman Siswa yang menjadikannya beliau ini Menteri Pendidikan Indonesia pertama era Soekarno yang sebelumnya bernama Menteri Pengajaran. 

Yuk kenal lebih dekat yuk 😉. Capcusss gan....👉👉👉

The Father of Education (Source : biografiku.com)
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara merupakan salah satu pelopor terbangunnya pendidikan untuk Indonesia. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau biasa orang mengenalnya dengan Ki Hadjar Dewantara  merupakan anak dari G.P.H Soerjaningrat serta Cucu dari Pakualam III yang merupakan keturunan dari Sultan Hamengkubuwono I. Ki Hadjar Dewantara sendiri dibesarkan di lingkungan Kerajaan Kraton Yogyakarta, sehingga beliau ini dicap sebagai keluarga bangsawan yang notabenenya merupakan keluarga mampu. 

Ki Hadjar Dewantara pertama kali menempuh pendidikan di Eurospeeche Lagere School ( ELS ) Yogyakarta atau biasa dikenal dengan sekolah dasar. Sekolah tersebut memang berisi orang-orang Belanda dan kaum bangsawan yang mampu, sehingga Ki Hadjar bisa bersekolah di sana. Lulus ELS, Ki Hadjar Dewantara melanjutkan pendidikannya di STOVIA atau yang biasa dikenal dengan sekolah Dokter Bumiputera di Batavia. Di sana, Ki Hadjar Dewantara belajar tentang ilmu kedokteran. Namun, beliau tidak mampu menamatkan sekolahnya karena menderita sakit saat itu.

Ki Hadjar Dewantara sendiri mempunyai ketertarikan dalam bidang jurnalistik dan juga menulis. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengawali karir sebagai jurnalistik dengan bekerja di beberapa surat kabar terbitan era Belanda saat itu, seperti Sediotomo, Midden Java, De Express, dll yang dimana surat kabar tersebut masih berlaku saat era penjajahan. Gaya penulisannya yang sangat komunikatif dan sangat tajam akan anti kolonialisme, membuat Ki Hadjar Dewantara diburu oleh pemerintahan Belanda saat itu. Bahkan, dirinya pernah diasingkan akibat salah satu tulisannya yang berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda (Als ik een Nederlander was)" yang dimuat dalam surat kabar De Express yang dipimpin oleh Douwes Dekker saat itu. Isinya dari tulisan tersebut adalah :

"...Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya."

Akibat tulisan tersebut, pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara akhirnya diasingkan ke Pulau Bangka atas permintaanya sendiri. Akibat pengasingan tersebut, dua rekannya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo pun protes dan ditahun yang sama pun, akhirnya mereka bertiga di asingkan ke Belanda selama beberapa tahun. Selama di Belanda, mereka aktif membentuk organisasi di Belanda dengan nama Perhimpunan Hindia ( Indische Vereeniging ). Selain itu, mereka juga dikenal dengan julukan tiga serangkai. Jauh dari hal tersebut, di tahun 1908, saat Boedi Utomo berdiri, Ki Hadjar Dewantar bergabung dan aktif dalam organisasi tersebut. Di sana, beliau sangat aktif dalam mempropagandakan tentang kebersamaan dan persatuan kesatuan Republik Indonesia. Akibat keaktifannya ini, seorang sahabatnya yang ikut diasingkan, mengajak Ki Hadjar Dewantara dan juga Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo untuk membentuk Indische Partij pada tanggal 25 Desember 1912. Dari sinilah, kesetikawanan mereka dalam menentang penjajahan Belanda mereka lakukan. Walaupun, seorang Douwes Dekker sendiri adalah keturunan Belanda, tapi beliau ikut bersama kedua temannya untuk menolak penjajahan di tanah sahabatnya sendiri, yaitu Indonesia.

Tiga Serangkai ( Source: tempo.co )
Selama pengasingan, Ki Hadjar Dewantara mempunyai mimpi. Mimpinya adalah memajukan kaum pribumi dalam hal dunia pendidikan. Hal ini dia lakukan, karena banyak kaum pribumi saat itu dilarang sekolah sehingga banyak kaum pribumi yang sangat mudah dibodohi oleh para Belanda saat itu. Akhirnya, beliau mengejar ilmu pendidikan di Belanda dan berhasil mendapatkan ijazah pendidikan yang bernama Europeesche Akte. Di tahun 1919, Ki Hadjar Dewantara kembali ke Indonesia dan bergabung untuk menjadi guru di sekolah saudaranya. Ilmu yang didapat di Belanda, ia terapkan saat dirinya mengajar. Pada tahun 1922, beliau mengubah nama yang dulunya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat menjadi Ki Hadjar Dewantara agar merasa sama dengan beberapa pribumi yang lainnya. Di tahun yang sama, tepatnya tanggal 3 Juli 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah sekolah bernama Taman Siswa. Tujuannya didirikanya Taman Siswa ini, tidak lain adalah untuk memajukan pendidikan kaum pribumi sesuai dengan cita-citanya saat pengasingan. Hal inilah, yang membuat kaum pribumi semangat dalam menuntut ilmu dengan belajar bersama Ki Hadjar Dewantara. Namun, usaha yang dilakukan beliau untuk mewujudkan cita-citanya, mendapat tantangan keras dari Pemerintah Belanda. Hingga akhirnya, 1 Oktober 1932 mengeluarkan ordonansi yang dimana isinya Taman Siswa dianggap sebagai sekolah liar yang mendirikan sekolah tanpa seijin pemerintah. Hal ini mengancam Taman Siswa tersebut ditutup paksa oleh Pemerintahan Belanda. Tetapi, berkat kegigihannya serta niat yang menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya, Ki Hadjar Dewantara berusaha untuk membuat Taman Siswa diakui sebagai organisasi sekolah yang sah dan terus dibuka untuk seluruh kaum pribumi yang ingin belajar. Akibat usahanya tersebut, Pemerintah Belanda mencabut ordonansi tentang sekolah liar dan mengijinkan Ki Hadjar Dewantara untuk melanjutkan aktifitas yang dilakukannya di Taman Siswa. Dari Taman Siswa inilah, sekolah-sekolah pribumi mulai berkembang hingga terbentuk jenjang-jenjang seperti era sekarang ini. Bukan cuman itu saja, salah satu semboyan yang digunakannya itupun saat ini masih berlaku hingga sekarang, yaitu :

Ing Ngarso Sung Tulodo( Di depan memberi contoh )
Ing Madyo Mangun Karso ( Di tengah memberi semangat )
Tut Wuri Handayani ( Di belakang memberi dorongan )

The First School (Source : sportourism.id)
Ki Hadjar Dewantara diangkat jadi menteri pendidikan pada tanggal 19 Agustus 1945 hingga 14 November 1945, sekaligus menjadi menteri pendidikan pertama Indonesia pada era Soekarno saat itu. Ki Hadjar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata. 

Berkat kegigihan beliau dalam memajukan pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara dianugerahi gelar Pahlawan oleh Presiden Soekarno. Bukan hanya itu saja, nama Ki Hadjar Dewantara sendiri akhirnya dijadikan kapal perang Indonesia dengan nama KRI Ki Hadjar Dewantara. Wajahnya pun dijadikan sebagai mata uang 20.000 rupiah di tahun 1998. Dan, tanggal lahirnya pun dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional berkat dedikasi serta kegigihan beliau dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yang maju. 

Ada beberapa hal yang unik mengenai Ki Hadjar Dewantara semasa hidupnya :
1. Ki Hadjar Dewantara merupakan orang yang perhatian dan peduli keluarganya. Hal ini dibuktikan saat dirinya ingin bekerja, beliau berusaha untuk tidak mengganggu anak dan istrinya yang sedang beristirahat dikala dirinya harus lembur dalam pekerjaannya.

2. Seni ujung tombak pendidikan. Kegigihan beliau serta keuletannya dalam mewujudkan cita-citanya membuat Ki Hadjar Dewantara ini dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Dengan beberapa cara serta usaha, beliau berusaha untuk terus memberikan ilmu kepada seluruh kaum pribumi.

3. Melepas gelar bangsawan dan berganti nama. Hal ini dibuktikan saat umur 40 tahun, dirinya melepas nama bangsawan yaitu Raden Mas Soerjadi Soerjaningrat menjadi Ki Hadjar Dewantara supaya tidak ada kesenjangan sosial antara bangsawan dengan pribumi saat itu.

4. Baju penjaranya saat diasingkan masih tersimpan di museum. Museum yang bernama Dewantara Kirti Griya ini menjadi saksi hidup tentang baju tahanan Ki Hadjar Dewantara saat dirinya diasingkan ke Pulau Bangka saat itu.

Nah, dari sini kita bisa belajar tentang Ki Hadjar Dewantara bahwa perjuangan beliau dalam mencapai cita-citanya butuh seribu kali perjuangan, terutama dalam pendidikan. Kita tau, bahwa yang di era sekarang ini, belajar itu mudah dengan hanya copy paste dari satu situs, lalu kita sebar tanpa mempelajarinya. Hal ini berbanding terbalik dengan Ki Hadjar Dewantara ajarkan bahwa, segala sesuatu itu harus benar-benar dipelajari, dipahami, lalu disebarkan sesuai ilmu dan kemampuan kita. Dan, apresiasi besar kita terhadap pahlawan pendidikan satu ini, perlu diberikan respect yang cukup besar atas jasanya yang pernah beliau lakukan dalam dunia pendidikan, supaya kita sebagai generasi muda, tidak tertinggal dari negara lain. Dan kini, sudah tugas kita untuk terus berkreasi tanpa batas, tanpa hambatan, dan terus berkarya secara positif melalui media apapun.

KRI Ki Hadjar Dewantara ( Source: indomiliter.com )

Mata Uang Rp 20.000 era 1998 ( Source : tokopedia.com )


Haaaaahhhhhh..., akhirnya selesai juga ane ngebahas panjang lebar tentang Ki Hadjar Dewantara ini. Boring bet ya. Wkwkwkw. Gapapa, walaupun sedikit panjang dan agak bosan, tapi ambil positifnya. Yaitu, kita jadi tahu siapa itu Ki Hadjar Dewantara, latar belakangnya apa, dan kenapa beliau sangat ingin membangun pendidikan di Indonesia. Luar biasa ya guys. Itu lah mengapa sejarah jangan dilupakan. Btw, ane juga udah lama gak bahas seorang tokoh asal Indonesia. Mungkin, masih banyak tokoh lain yang bisa ane bahas disini. Tapi, karena ane udah capek bin pegel, plus banyak tugas, jadinya ane stop dulu. Hehehehe 😊.

Mungkin kalo ada sedikit kritik, saran serta masukan positif, boleh kok ditulis di kolom bawah. Asalkan, gua mau komentar postif, tanpa kata-kata kasar karena kita "WARGA INDONESIA YANG BAIK !!!". HEHEHEHE 😁😁😁. ALHAMDULILLAH MASIH INGAT JUGA GUE... 😆😆😆.

Satu qoute dari gua menutup postingan gua satu ini :
Apapun yang elo lakukan, teruslah elo berkarya, teruslah elo berkreasi tanpa batas, teruslah elo berkontribusi untuk siapapun, karna apapun yang elo lakukan di hari ini, gak bakal terulang lagi di kemudian hari. Kapan pun itu, dan dimanapun itu. Dan, jangan sampai elo menyesal di saat tua nanti..

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

SAMPAI KETEMU DIPOSTINGAN GUA SELANJUTNYA....

SEE YA😉😉😉😎....

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger