Thursday, September 19, 2019

GUNDALA (2019) : THE LEGEND HERO FROM INDONESIA


Assalamualaikum wr. wb

Dan

Halo semuanya. Hehehe 😊

Apa kabar para pembaca semua? Hehehe 😊😊😊

I hope you're in good mood and happy condition. Hehehe 😁

Btw, senang rasanya bagi gua bisa balik lagi nulis di blog Catatan Sulaiman, as a writer in this blog karena  memang banyak hal yang bisa gua tulis dan banyak hal juga yang bisa gua deskripsikan. Ya..., walau udah mulai jarang ada yang baca, tapi "I don't care about that". Hahaha πŸ˜ƒ. But, forget it about that. Hahaha πŸ˜„.

Sebelum gua mau membahas tentang salah satu review film di atas, Indonesia baru saja kehilangan putra terbaik bangsa yang sudah banyak berkontribusi buat pembangunan bangsa. Idenya, gagasannya, hingga motivasi sudah beliau berikan buat kita-kita semua. Siapa lagi kalau bukan Bapak B.J Habibie yang harus meninggalkan kita untuk selama-lamanya dari alam dunia ini. Kita doakan, semoga Almarhum Sang Inspirator ini bisa diampuni dosanya (Amiiiin...), dilapangkan kuburnya (Amiiinnn....), dan diberikan tempat yang terbaik disisinya (Amiiiinnn....). Dan untuk keluarga yang ditinggalkan, diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian ini (Amiiiiinnn.....)πŸ˜‡.

πŸ˜‡πŸ˜‡πŸ˜‡
Oke, selanjutnya kita harus move on dari kesedihan kita mengenai wafatnya bapak teknologi ini. Karena, kalau kelamaan sedih itu, rasanya cukup jelek juga buat diri kita. Hahaha😊.

Pada kesempatan kali ini, gua mau mencoba untuk mereview tentang salah satu film buatan anak bangsa. Salah satu film yang dari bulan-bulan sebelumnya, sudah membuat geger di seluruh Indonesia.  Salah satu film juga, buatan dari sutradara terbaik dari Indonesia. Banyak Orang bilang, kalau Indonesia itu juga punya superhero local yang tidak kalah keren dari superhero Marvel dan DC, seperti Iron Man, Captain America, Superman, Flashman, Batman, dll. Bahkan, film ini juga yang mempelopori munculnya superhero superhero local lainnya yang siap unjuk gigi di perfilman Indonesia.

Penasaran?

Atau sudah tau dari judul dan foto di atas. Hehehe...

Gak perlu nunggu lama, cukup siapkan cemilan dan es teh manis.

Yuk kita liat bagaimana hasil reviewnya.

Let's go.....

Nah, sebelum gua mau menceritakan sedikit tentang Gundala, gua mau minta maaf banget, soalnya gua baru sabtu kemarin (7 September 2019), itu gua baru bisa nonton karena ada waktu. Dan, bersyukurlah adalah, bioskop yang gua tonton gak terlalu penuh. Jadinya, gua bisa nikmatin film gundala tanpa perlu kecewa harus nunggu minggu depan. Hahaha. Tapi bukan berarti bioskopnya gak penuh, filmnya jelek. Bukan. Bagus kok. Cuman..., ya ada sedikit something aja sih. Hahaha.

Bicara soal Film Gundala ini, pastinya diantara teman-teman semua udah pada nonton bahkan udah hapal banget ceritanya. Apalagi, kalau nonton sama keluarga, gebetan, doi, dan teman-teman, pastinya jauh lebih asik. Kalau yang belum nonton? Don't worry banget, karena kalian masih bisa nonton di beberapa bioskop kesayangan kalian.

Ya..., walau lama-lama sih, filmnya udah mau hilang dan diganti dengan film yang lain. HahahaπŸ˜„. But calm down, kalian masih bisa nonton film ini di bioskop sekitar kalian. HahahaπŸ˜„. Itupun kalau masih ada filmnya. Hahaha😁😁😁.

Kembali ke Gundala, pada kesempatan kali ini gua akan mencoba untuk mereview apa-apa saja yang menarik dalam film ini. Selain itu juga, ada beberapa masukan dari gua terkait film ini, karena menurut gua, untuk film Gundala ini masih menyimpan beberapa cerita misteri yang belum diungkap, dan apa-apa saja yang harus diperbaiki ke depannya dalam penanyangan superhero local Indonesia ke depannya.

So, let's we beginning from synopsis.

Sancaka Gain The Power
Cerita ini bermula dari kehidupan Sancaka, pasca ditinggal mati oleh kedua orang tuanya karena suatu musibah. Ayahnya mati karena ditusuk oleh temannya sendiri saat demo, sementara ibunya pergi ke kota dan menghilang tanpa kabar. Singkat cerita, Sancaka hidup sebatang kara dan memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah menuju kota besar untuk mencari kehidupan. Di kota besar, Sancaka mendapat berbagai ujian hidup seperti dihajar oleh sekelompok pengamen jalanan karena ikut campur dalam urusan mereka. Akhirnya, Sancaka dihajar babak belur, hingga salah seorang pemuda jalanan datang menghajar kelompok pengamen tersebut dan menyelamatkan Sancaka yang babak belur. Sancaka diselamatkan oleh seorang pemuda yang bernama Awang. Awang pun membawa Sancaka ke tempat tinggalnya dan merawat Sancaka hingga dia pulih.

Di tempat tinggal Awang, Sancaka diberi peringatan oleh Awang dalam mengurus hidup orang lain.

"Belajar, buat ngurus hidup lo sendiri. Karena, kalo elo ikut campur urusan orang lain, hidup lo bakal susah". Kurang lebih seperti itu perkataannya.

Ditempat tersebut juga, Sancaka diajarkan latihan bela diri oleh Awang sebagai bentuk pertahanan diri jika ada yang menyerangnya. Pertemuan Sancaka dan Awang tidak berlangsung lama, karena Awang harus pergi ke Tenggara untuk mencari kehidupan. Sedangkan Sancaka, harus tinggal di kota tersebut dan belajar bertahan hidup di kerasnya ibukota.

Awang Meninggalkan Sancaka
Kehidupan Sancaka berlanjut ketika dirinya tumbuh dewasa dan bekerja di salah satu pabrik pencetak surat kabar sebagai teknisi mesin. Sancaka dewasa tinggal sendiri di kamar mess yang jauh dari kata layak dan hidup tetanggaan bersama Wulan dan juga Teddy.

Sancaka Dewasa Yang Prihatin Akan Negerinya
Perubahan diri Sancaka, timbul kala petir menggelegar. Setiap hujan turun dan disertai bunyi petir yang begitu kencang, Sancaka selalu bertanya dalam hati,

"Kenapa selalu ada petir di sekitarku?"

Hal tersebut membuat Sancaka penasaran dan mencoba untuk berdiri di tengah hujan deras tersebut sambil memancing petir itu datang. Hasilnya, Sancaka langsung terkena sambaran petir dan merubah dirinya menjadi manusia super. Tidak hanya itu, tubuh Sancaka yang sebelumnya terluka parah pun, pulih dalam sekejap. Awalnya Sancaka tidak menyadari bahwa efek dari sambaran petir itu mengubah dirinya menjadi manusia super. Tetapi, ketika dirinya bertarung dengan 30 orang preman pasar, secara tidak sengaja Sancaka mengeluarkan kekuatan petirnya dan mengalahkan seluruh preman tersebut tanpa ampun. Dengan kekuatan yang ia miliki, dia bertekad untuk melindungi orang-orang lemah dan menciptakan keadilan serta kedamaian di negeri ini, sebagai seorang Gundala, sang putra petir.

Sancaka Penasaran Akan Petir Yang Selalu Datang

This Is Gundala
Selesai.

Itu tadi adalah sedikit sinopsis versi gua. Hehehe 😊

Selanjutnya, dalam film Gundala sendiri, terdapat beberapa scene atau adegan yang menurut gua, cukup bagus dan menjadi daya tarik tersendiri bagi kita-kita yang menonton. Rasanya sayang kalau beberapa scene ini kita lewatkan begitu saja. Salah contoh adegan yang menarik bagi gua adalah, kala Sancaka harus berhadapan dengan 30 orang preman pasar. 

Cerita awalnya seperti ini.

Sancaka dewasa yang tinggal di tempat mess perusahaan merasa terganggu dengan suara dari kamar sebelah, yaitu tetangganya yang bernama Wulan. Kebetulan, Wulan ini ada masalah terkait hutang. Singkat cerita, para penagih hutang ini datang ke messnya Wulan untuk menagih hutang. Di film tersebut, Wulan diancam oleh 2-3 preman untuk segara membayar hutang-hutangnya. Jika tidak, maka nyawa dia dan adiknya (Teddy), akan jadi bayarannya. Wulan marah dan menantang mereka untuk menghabisi dirinya jika memang mereka berani. Karena merasa Wulan adalah gadis yang sok jagoan, ke 3 preman tersebut tertantang dan siap menghabisi nyawa Wulan.

Saat ingin menghajar Wulan, secara tidak sadar Sancaka muncul dari belakang dan memukul salah satu preman tersebut hingga terjatuh. Sancaka merasa kesal dengan kebisingan yang terjadi di kamarnya dan memberi tahu untuk tidak mencari masalah yang aneh-aneh. Preman tersebut merasa terusik dan marah hingga akhirnya mencoba untuk menghabis Sancaka dengan senjata tajam yang mereka bawa. Tetapi, dengan berbekal ilmu bela diri yang dia punya, Sancaka bisa menghindari semua serangan preman tersebut dan mengalahkan ketiga preman tersebut hingga tak berdaya. Akhirnya, ketiga preman tersebut kabur dan Wulan merasa terselematkan dari para preman tersebut.

Keributan di Sebelah Kamar Sancaka
Beberapa hari berikutnya, Wulan kembali datang ke kamar Sancaka dan meminta tolong sesuatu. Wulan meminta tolong untuk menjaga adeknya kepada Sancaka, karena dia mau kerja. Sancaka bingung dan mencoba untuk mengobrol dengan Teddy, adik dari Wulan tentang kehidupan mereka. Teddy mengatakan, banyak orang mengira kalau Wulan itu adalah ibunya. Padahal, mereka berdua adalah kakak beradik Yatim Piatu.

Selain itu, Sancaka juga bertanya tentang benda yang Teddy gunakan di telinganya, yaitu headset. Headset yang digunakan Teddy, adalah headset yang tidak berfungsi sehingga Teddy bisa mendengar semua perkataan orang tanpa harus melepas headsetnya. Teddy juga mengatakan, alasan dia menggunakan benda tersebut adalah, agar orang-orang di dekatnya tidak mengajak dirinya ngobrol. Dengan penuh perhatian, Sancaka mengambil headset tersebut dan memperbaikinya. Headset tersebut telah normal kembali dan Teddy bisa mendengarkan musik kembali dengan suara yang bagus. Setelah selesai memperbaiki, Sancaka harus berangkat kerja. Tetapi, ada satu masalah yang didapat sebelum dirinya kerja.

Sancaka bingung, apabila dirinya kerja, siapa yang harus menjaga Teddy? Sementara, Sancaka takut kalau ada ancaman kembali dari para preman tersebut. Tanpa pikir panjang, Sancaka membawa Teddy ke tempat kerjanya Wulan, dan mengembalikannya. Sesampai di pasar, Sancaka melihat Wulan dan temannya sedang melakukan orasi, menolak adanya pungutan/pemalakan yang merugikan dirinya dan seluruh pedagang di pasar. Wulan yang saat itu sedang jadi pemimpin orasi, kaget melihat Sancaka bersama Teddy di pasar. Dengan sigap, dia turun dari panggung orasi dan menghampiri Sancaka. Sancaka menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa berlama-lama menjaga Teddy karena dirinya harus kerja juga.

Wulan merasa cukup bingung dan meminta untuk tetap menjaga Teddy karena situasi yang kurang baik di pasar. Saat mereka berdua sedang berdebat tentang masalah Teddy, tiba-tiba datang sekumpulan preman yang pernah berurusan dengan mereka berdua, tetapi dengan masa yang lebih banyak.
Orasi Penolakan Adanya Pemalakan Yang Merugikan Pasar
Salah satu dari mereka berkata seperti ini,

"Masih hidup juga lu rupanya. Gak kapok rasanya dihajar sama kita-kita."

Karena merasa masih menyimpan dendam dengan Sancaka, merekapun langsung menyerang Sancaka. Dengan sigap, Sancaka melawan preman tersebut dan mengakibatkan salah satu dagangan penjual pasar rusak. Penjual tersebut marah dan meminta mereka untuk berkelahi di tempat lain. Hahaha. Ada-ada saja. Setelah mereka kucing-kucingan, Sancaka terkepung dan harus melawan preman-preman tersebut.

Awal pertarungan, preman dan Sancaka bertarung dengan tangan kosong. Tetapi, ketika 3 preman melempar kapak untuk melukai Sancaka, tiba-tiba kekuatan petir menahan serangan kapak tersebut dan menyerang 3 preman tadi hingga terpental jauh. Akhirnya, Sancaka berhasil mengalahkan preman-preman tersebut dan membuat mereka mundur. Aksi ini membuat takjub Wulan dan teman-temannya, hingga memohon dia untuk melindungi pasar dengan kekuatannya. Sancaka menolak dengan alasan bahwa kekuatan yang dia punya hanya digunakan untuk melindungi kaum yang tertindas, bukan untuk menjadi jagoan. Benar benar superhero banget.

Kekuatan Tak Terduga Yang Muncul Dari Sancaka

Serangan Tidak Mempan Kepada Sancaka
Lalu, adalagi cerita yang menarik tentang pembuatan Kostum Gundala sendiri. Sebenarnya, untuk hal seperti ini, wajar jika semua superhero membuat kostum sebagai identitas dirinya. Tetapi, untuk pembuatan Kostum Gundala satu ini, cukup terbilang unik dan apa adanya. Seperti ini ceritanya.

Cerita pembuatan kostum ini dimulai ketika Sancaka penasaran dengan kekuatan petir yang ia terima. Dirinya merasa bingung dengan sambaran petir yang selalu mengikuti dia kala hujan turun. Ditambah lagi, sambaran petir yang diterima Sancaka berubah menjadi kekuatan super. Suatu ketika, Sancaka ingin mengetes kekuatan petir itu lagi dan merasakan efeknya. Alhasil, Sancaka meminta tolong kepada seniornya, yaitu Pak Agung untuk menendang dia dengan sekuat tenaga.

Pak Agung merasa ragu dan bertanya kepada Sancaka.

"Apa kamu yakin?"

"Pokoknya Bapak tendang aku sekuat tenaga."

Pak Agung mengiyakan permohonan Sancaka, dan dengan sekuat tenaga, dirinya berlari untuk menendang Sancakaaaaaa ...........................................,

HIYA  !!!!

Pak Agung malah terjatuh karena gak sampai menendang Sancaka. Hahaha. Sudah jatuh, encok pula. Hahaha. Melihat Pak Agung kesakitan, Sancaka dengan sigap menolong Pak Agung dan meminta maaf. Sesaat kemudian, hujan deras kembali turun dengan bunyi petir yang kencang. Sancaka kembali berdiri di tengah hujan tersebut, dan.........,

ZEEERRRRR !!!!

Petir tersebut menyambar Sancaka dengan tegangan kuat hingga tidak bisa bergerak. Pak Agung bangun dan mendekati Sancaka untuk menolongnya. Namun, Pak Agung malah terkena setrum petir tersebut dan terpental ke belakang. Hal ini membuat Sancaka berpikir keras agar orang terdekat di sekitarnya bisa menyentuhnya tanpa terkena setrum.

Pada giliran berikutnya, petir tersebut muncul kembali. Sancaka perlahan menuju ke tengah guyuran hujan dan mencoba untuk mendapatkan kekuatan petir itu lagi. Dengan cepat, petir tersebut menyambar Sancaka dengan kuat dan Sancaka terpental ke belakang. Saat Sancaka berusaha bangun, di sampingnya terdapat tiang antena yang berfungsi sebagai penangkal petir. Sancaka mendapat ide dan mencari sebuah antena untuk mencoba ide barunya.

Sambaran Petir Yang Merubah Kekuatan Sancaka
Pak Agung terlihat bingung dengan apa yang dicari Sancaka. Hingga bertanya,

"Kamu cari apa, Sancaka?"

"Sancaka nyari antena, pak. Saya ada ide."

Sekian lama mencari, Sancaka menemukan antena bekas dan memodifikasinya hingga digunakan di kepalanya. Wulan, Teddy, dan Pak Agung bingung dengan penampilan Sancaka dengan dua antena TV di kepalanya bak film baby alien jaman dahulu.

"Lu ngapain pake antena gituan di kepala ?" ketus Wulan.

Sancaka merasa malu dan berpikir sesuatu yang lebih keren. Setelah mendapat ide lebih briliant, Sancaka mencoba mencari sesuatu yang lebih keren dari antena. Ketika dia menampilkan hiasan di kepalanya kembali, mereka menyambut positif. Akhirnya, Sancaka bersama ketiga temannya membuat kostum sebagai identitas dirinya sebagai Gundala. Dengan mengandalkan beberapa barang bekas hingga menggunakan tas milik Wulan, Sancaka berhasil membuat kostum Superhero Gundala yang dia pikirkan. Dia memberi tau kepada Pak Agung, kalau Pak Agung tidak perlu takut lagi menyentuh dirinya karena sudah ada penetralnya. Dan, dengan kekuatan petir yang di dapat, kekuatan tersebut bisa disimpan dan dapat digunakan untuk keperluan mendesak.

Pembuatan Senjata Gundala
Dan cerita terakhir, yang menurut gua lumayan epik adalah pertarungan Gundala dengan anak-anaknya Pengkor, sang musuh yang menyimpan sejuta kebusukan dibalik aksi mulianya.

Dalam cerita tersebut, negara sempat dikejutkan dengan munculnya isu besar, yaitu beras racun. Beras racun ini adalah beras yang terkontaminasi dengan racun kimia yang berefek buruk pada kelahiran si cabang bayi. Hasilnya, bayi yang dilahirkan nanti akan memiliki kehilangan akal sehat alias dismental. Dan, beras tersebut sudah terkonsumsi oleh masyarakat dan mengakibatkan ibu-ibu yang mengandung menjadi keracunan dan muntah-muntah. Akibatnya, masyarakat resah dan meminta pemerintah turun tangan.

Keresahan Ibu Hamil Akan Janin Bayinya
Hal tersebut ditanggapi negatif oleh para anggota legislatif. Beberapa dari mereka menuding, bahwa dalang dari kasus beras racun ini adalah Pengkor sendiri. Merasa dituduh sebagai otak dari kasus tersebut, Pengkor mencoba untuk menjelaskan kepada Pak Ridwan bahwa dirinya tidak terlibat dan itu adalah fitnah. Namun, Pak Ridwan Bahari tetap curiga dan menghiraukan perkataan Pengkor. Merasa dilecehkan, Pengkor mempunyai niat untuk menghabisi para anggota legislatif tersebut dan membuat rencananya untuk menguasai negara, berhasil. Alhasil, Pengkor memanggil seluruh anak-anak panti yang pernah di asuhnya, untuk menjalankan misi khusus darinya.

Pengkor Dengan "Anak-Anaknya"
Nah, di sinilah adegan favorit gua yang sebenarnya gua suka banget. Gua suka, karena kita akan disuguhkan dari masing-masing  anak asuhnya Pengkor, bergerak untuk mengetahui misi yang diberikan oleh Pengkor sendiri. Ada yang dari Koki, Penari, Pelajar, Pemahat, Pandai Besi, Penyihir dan lain-lain, bergerak serempak ketika mendapat telpon dari "BAPAK", yang secara tidak langsung itu menyatakan telpon dari Pengkor. Itu, benar-benar keren sih ketika sekelas penjahat langsung bergerak serempak dalam satu panggilan, dengan gaya bener siap membasmi kejahatan gitu. Pokoknya, benar-benar overkill banget lah actingnya. Gua suka banget.

Setelah mereka berkumpul, akhirnya mereka mendengarkan misi dari Pengkor. Misinya adalah menghabisi seluruh anggota legislatif yang membangkang dan menghina dirinya. Setelah selesai, anak kesayangan Pengkor menyebar, dan melaksanakan misi yang diberikan.

MISI PEMBANTAIAN, DIMULAI πŸ”₯πŸ”₯πŸ”₯.

Satu persatu anggota legislatif, dibunuh dengan cara mengenaskan. Ada yang dicekik, digantung, ditembak, ditusuk, hingga mayatnya dibiarkan begitu saja hingga semua orang tahu. Hanya saja, Ridhwan Bahari yang merupakan satu-satunya anggota legislatif yang selamat berkat kedatangan Gundala.

Setelah Gundala berhasil menyelesaikan tugasnya, Gundala berniat untuk beristirahat dari pembela kebenaran dan ingin kembali menjadi Sancaka yang biasa. Namun, apa daya. Pengkor beserta anak kesayangannya berhasil menemukan markas tempat Gundala sembunyi. Pengkor memberi tahu kepada Gundala, bahwa munculnya dia di tengah masyarakat sebagai pembela kebenaran, cukup mengganggu rencana dia menguasai dunia. Tanpa basa-basi, Pengkor langsung menyuruh anak-anaknya untuk langsung menghabisi Gundala. Sancaka meminta Pak Agung dan Wulan beserta Teddy untuk pergi ke tempat yang aman. Sementara Sancaka harus berhadapan dengan musuh jahat yang berniat membunuhnya.

Pertarungan pun dimulai. Awalnya Sancaka harus berhadapan dengan dua orang sekaligus. Namun, lama kelamaan, Sancaka kerepotan dengan munculnya musuh-musuh Gundala. Dari dua orang, menjadi 11 orang. Dari yang muncul di depannya, hingga keluar dari belakang atau samping dirinya. Hingga, mencoba menyerang Sancaka dengan senjata tajam, membuat Sancaka yang berubah menjadi Gundala, dalam kondisi terdesak hingga mengalami luka.

Gundala yang merasa kewalahan melawan 11 orang sekaligus, harus terkapar tidak berdaya akibat serangan bertubi-tubi. Akhirnya, Gundala ditahan dan diminta untuk menyerah serta tidak mengganggu rencana Pengkor. Kalau tidak, maka satu diantara temannya akan mati sia-sia.

Gundala menolak keinginan Pengkor dan memilih untuk tidak menjawab. Kesal dengan kelakuan Gundala, anak buah Pengkor dengan sengaja menusuk punggung Pak Agung hingga membuatnya terjatuh. Wulan yang saat itu menjadi sandera, teriak dan meminta Gundala bangun. Namun, Gundala tetap tidak merespon. Pengkor kembali menambah penderitaan Gundala dengan membiarkan anak buahnya menghajar Gundala hingga dia tidak bisa berdiri. Merasa terancam dengan kondisi Gundala yang tidak sadarkan diri, Wulan dan Teddy berusaha teriak membangunkan Sancaka.

"AYOOO SANCAKA. KAMU JANGAN MATI, DI SINI. AYO BANGUN !!!"

"TOLONG SELAMATKAN KAMI !!!"

Mendengar teriakan tersebut, Sancaka terbangun dan bangkit dengan gagah. Terbangunnya Sancaka juga, membuat petir ikut bangun menggelegar di sekitar area berdiri Sancaka. Dengan derasnya petir menyambar, Sancaka mendapat kekuatan ektra super untuk mengalahkan musuhnya. Melihat Gundala bangun, masing masing dari mereka mencoba untuk menyerang Gundala hingga tewas. Tetapi, Gundala dengan kekuatan petirnya, mampu menyingkirkan musuh-musuhnya dan menyisakan Pengkor seorang. Pengkor yang terdesak, tetap mengoceh tentang rencana busuknya. Secara tidak sadar, Pengkor tertembak oleh Pak Ridhwan Bahari dan membuatnya terjatuh.

Sayang, untuk adegan fighting lawan 11 orang, tidak bisa ditampilkan. Hahaha πŸ˜„. Tapi, keren kok emang untuk pertarungan yang satu ini😎. Hanya saja, kurang greget. Hahaha 😁.

Pertarungan Sancaka Dengan Anak Asuhnya Pengkor



Masih banya cerita menarik yang bisa kita tonton di film Gundala ini. Ada dari cerita Sancaka pergi mencari ibunya yang hilang, lalu cerita diselamatkan oleh Awang, habis itu cerita salah satu anggota legislatif yang bunuh diri, terus cerita Sancaka disiksa, tetapi tubunhnya kembali pulih dengan cepat, lalu cerita pertarungan pengawal Ridhwan Bahari di rel kereta. Hingga yang terakhir, kala Sancaka dipukul oleh temannya Wulan, untuk memastikan, apakah Sancaka memang manusia super atau bukan. Namun apesnya, Sancaka malah pingsan. Hahahaha πŸ˜„.

Sancaka Berlatih Bela Diri

Awang, Pemuda Yang Menyelamatkan Sancaka

Sancaka Kabur Dari Kejaran Anak Jalanan

Kerusuhan Akibat Ketidakadilan

Sancaka Dikeroyok Oleh Preman Pasar

Pertarungan Awang Melawan Anak Jalanan
Kerusuhan Akibat Ketidakadilan Pemilik Pabrik
dengan Buruh

Pertarungan Sancaka Melawan 3 Preman Pasar
Kebakaran Yang Di Sengaja
Di tes dulu, Kuat apa Enggak ? πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ 

"Ahhhh..." Sancaka Meringis Kesakitan πŸ˜„
Secara film keseluruhan, gua akui film ini cukup bagus ya. Bisa dibilang, ini adalah first step dari memperkenalkan superhero local asal Indonesia. Konsep cerita sih lumayan. Tapi, yang membuat cerita ini bagus adalah pesan moral yang Joko Anwar berikan kepada pemerintah, untuk jangan mengabaikan pendapat rakyat. Itu yang membuat film ini menarik.

Hanya saja, di film ini masih terdapat banyak hal yang harus diperbaiki. Misal pada dialog "betawi gaul" yang diucapkan oleh teman Sancaka ketika di pabrik.

"Gak ada yang diharapkan di Jakarta ini, San. Ntar juga satu negara pada ancur bunuh-bunuhan, liat aja dah."

Mungkin sekilas, kalau gua dengar di thriller Gundala, tidak ada kendala. Tapi, ketika itu terdengar di film, menurut gua pribadi itu cukup aneh, apalagi dengat logat "liat aja dah". Itu seperti terdengar, dialog apa adanya. Apalagi, apa yang diucapkan itu seperti tak berkonsep. Seperti dialog pemain figuran yang sering ada di sinetron, ketika dia bilang sesuatu, dia seperti,

"Iya, pak. Terima Kasih", dengan ekspresi datar tanpa memancarkan nilai seni sebuah film.

Lalu juga, banyak dialog yang pengemasannya gak oke, sehingga kalau terdengar di telinga itu, cukup aneh dan gak ada nyawa berbicara dalam film. Apalagi dengan logat "Gue Elu", kalau menurut gua pribadi, cukup aneh dan gak menunjukkan sisi Indonesianya. Mungkin lebih elegan kalau penggunaan "Aku Kamu", tapi dengan isi dialog yang cukup menarik dan tegas.

Misalnya,

"Kamu ada masalah apa sama mereka?"

"Belajar buat ngurus, hidupmu sendiri. Karena kalau kamu ikut campur, urusannya bakal runyam."

Dan sejenisnya. Intinya, gua berharap banget sebagai penonton, bisa disuguhkan dengan dialog yang menarik.

Lalu juga, mimik dan ekspresif para pemainnya masih kurang greget. Dialog dan mimik yang disampaikan tidak singkron, alias datar. Itu juga perlu diperhatikan. Lalu, segi koreografi bertarung pun, masih terlihat kaku. Ini terlihat dari beberapa pertarungan yang, ketika si aktor ini memukul lawan, dia seperti ketakutan untuk memukulnya. Terlihat gaya bertarung yang cukup kaku begitu. Setelah itu, dari sisi permainan kamera ketika bertarung, juga belum terlihat kreatif. Biasanya, kalau pertarungan di laga action begitu, kamera akan berusaha mengambil gambar sebaik mungkin untuk adegan pertarungan. Tetapi, untuk yang satu ini, masih terlihat kurang. Jadinya, sorry to say, itu buat gua sedikit boring dan ngantuk. Dan terakhir, pengembangan jalan ceritanya masih malu-malu dan berdiri sendiri. Gua melihat, jalan cerita yang disuguhkan itu benar-benar gak exited, benar-benar buat boring banget, bahkan seperti terlihat bingung dia mau menceritakan apa. Gua yang nonton sampai akhir film pun, bingung akan jalan ceritanya kebentuk. Dan ketika keluarpun, gua berpikir,

"Cerita yang seru, yang mana ya?"

Atau,

"Kok dia tiba-tiba bisa begini? Kecepatan atau gimana ya?"

Pokoknya, benar-benar jadi tanda tanya banget. Tapi, secara overall sih lumayan baik. Dan gua sangat merespon positif dengan diperkenalkan superhero lokal buatan Indonesia ini. Hanya saja, ada sedikit masalah yang mengganjel di dalam diri gua.

Terkait film ini, menurut gua pribadi ini film yang sedikitnya mengandung unsur kekerasan, seperti kuping dibeset pake silet, lalu anak orang dilempar, orang tua nyiksa anaknya, ayah pantinya dibunuh atau dibakar hidup-hidup. Pokoknya ini film, benar-benar mengerikan banget. Sangat kelam. Mungkin bagi gua yang berumur 22 tahun, it's okay. Tapi, kalau misal yang nonton masih anak-anak, di bawah umur? Itu juga harus diperhatikan. Bahkan kalau perlu, ketika ada anak-anak mau nonton, perlu ada pendampingan ketat dari orang tuanya. Karena film ini, kategorinya bukan R 13+, melainkan R 17+ yang artinya harus 17 tahun ke atas yang bisa nonton.

Lalu, apalagi ya?

Oh, untuk karakter favorit gua, gua pribadi sangat suka dengan tokoh Ridhwan Bahari dan Pengkor. Untuk Ridhwan Bahari ini kan, diperankan oleh Lukman Sardi. Nah, Om Lukman Sardi ini pembawaan karakter sebagai seorang pejabat legislatif, terbilang sangat kharismatik banget. Bahkan, ada jiwa pejabatnya gitu. Gua yang nonton pun, benar-benar terasa suka banget dengan aktingnya. Lalu untuk Pengkor, karakter ini diperankan oleh aktor asal Negeri Jiran, yaitu Bront Palarae. Gua sukanya dari Pengkor ini, pembawaan karakter antagonisnya dapat banget. Terus, cara dia berperan sebagai orang yang akhirnya cacat setelah musibah kebakaran, hingga akting ngocehnya kepada pejabat legislatif atau Gundala itu, benar-benar pembawaannya seperti Joker yang di Batman. Bener-bener keren luar biasa gua bilang. Sumpah, gua suka banget.

Ridhwan Bahari Yang Diperankan Oleh Lukman Sardi

Pengkor Yang Diperankan Oleh Bront Palarae
Dan, gua berharap sih, untuk aktor lainnya juga bisa belajar untuk bisa memerankan tokoh-tokoh yang sesuai karakternya, hingga membuat kita yang nonton ini, merasa terbawa suasananya ceritanya.

JALAN CERITA : 7/10

DIALOG : 7/10

EKSPRESI ANTAR PEMAIN : 7.5/10

KOREOGRAFI : 6.5/10

PERMAINAN KAMERA : 7/10

PESAN MORAL : 8.5/10

Yap, mungkin segitu aja kali yak review dadakan dari gua. Hahahah πŸ˜„. Gua berharap, film film superhero lokal semacam ini, bisa terus bermunculan dan menghadirkan cerita-cerita seru buat kita-kita. Ditambah lagi, dengan munculnya film semacam ini juga, bisa menarik minat anak-anak maupun kalangan remaja, untuk bisa nonton, apalagi support film superhero lokal dari negeri sendiri😎.

Thank you buat yang udah baca. Gua maaf banget kalo reviewenya kepanjangan, atau ada beberapa cerita yang agak lupa 😁.

Sekali lagi....
Thank you untuk kalian πŸ˜„

Dan...

See you in next posting 😁

Sayonara πŸ‘‹πŸ‘‹πŸ‘‹

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger