Tuesday, April 30, 2019

INDONESIA KOEH : BANYAK BICARA, JARANG MEMBACA

Buku VS Gadget And Friend
Dunia di abad 21 ini, memanglah dunia yang sekarang serba cepat. Kita bisa melihat bagaimana teknologi-teknologi pada era ini semuanya menjadi serba canggih. TV berjalan, remote cerdas, telepon pintar, buku elektronik, dan semuanya serba menjadi digital. Bahkan, kegiatan manusia pun kini tidak perlu menguras banyak tenaga. Cukup menggunakan satu jari, maka semuanya bisa dilakukan dengan mudah.

Era gadgetisasi atau era smartphone mania menjadi salah satu dimana teknologi saat ini berkembang. Dengan adanya smartphone, apapun yang kita lakukan sekarang semuanya menjadi serba mudah. Contoh untuk beberapa kasus semisal pesan barang. Kita cukup cari barang di salah satu portal, lalu melakukan transaksi hingga barang itu deal dan diantar sesuai kiriman. Beda lagi bagi kalian yang dulu hingga sekarang sangat suka bermain sosial media. Dulu, untuk bermain sosial media yang harus diperhatikan adalah dua. Perangkat yang digunakan hingga akses internet. Perangkat inipun dibagi menjadi dua, yaitu komputer dan juga handphone. Komputerpun juga di bagi lagi menjadi dua, yaitu yang berjenis lipat atau yang berjenis stand by di tempat. Begitu juga dengan Hand phone, apakah yang bisa memiliki akses internet atau justru hanya sekedar SMS atau foto saja. Semuanya penuh berbagai macam jenis, tergantung bagaimana kita mengklasifikasikannya.

Di Indonesia sendiri, negara +62 a.k.a plus enam dua ini menjadi negara yang pengguna internetnya cukup besar dan cukup banyak. Tercatat dari beberapa survei, Indonesia bisa dibilang menempati peringkat 5 besar dunia dalam penggunaan internet paling aktif hingga penggunaan media sosial paling aktif dan paling banyak berkomentar di dunia maya. Mungkin kalau hal yang berbau peringkat teratas ini, bisa dibilang Indonesia cukup baik lah ya. Hehehehe.....

But, unfortunately. Berkembangnya penggunaan internet, besarnya antusias masyarakat dalam kepemilikan gadget, hingga aktifnya warga kita yang sering disebut NETIJENH ini justru berbanding terbalik dengan apa yang akan kita bahas kali ini. 

Yap, sesuai dengan tema di atas, bagaimana negara kita justru diklaim sebagai negara dengan minat baca rendah di dunia. Dan dari survei yang sudah dilakukan oleh Badan Literasi Dunia, INDONESIA MASUK KE DALAM 10 BESAR DUNIA DALAM HAL MINAT BACA. Wow.... . Tetapi..., bukan MASUK 10 BESAR atau 5 BESAR ataupun 3 BESAR untuk yang TERTINGGI, TERBESAR maupun yang TERBAIK dalam hal minat baca, tetapi justru malah menjadi 10 besar negara dunia TERBAWAH, dan TERENDAH DALAM HAL MINAT BACA. Dan Indonesia, berada di posisi 2 TERBAWAH DUNIA dalam hal MINAT BACA

Sayang ya....

Kalaupun dibilang ironis, ya.... mau gimana ya???

Jikalau kalian bilang ini hoaks, ya tinggal di cek aja faktanya di beberapa portal.

Real or not, ya you can score it by your self.

Nah, di sini saya akan mencoba untuk menggali lebih dalam terkait informasi apa saja yang terakit topik di atas, dan mengapa itu bisa terjadi.

So, please read carefully. Baca perlahan, dan simak baik-baik dari postingan saya ini.

Let's check this out.

WE ARE SOCIAL : INDONESIA 5 BESAR TERAKTIF DI DUNIA MAYA. BENARKAH ?
24 Jam, Kita Selalu Aktif Berselancar
Banyaknya kebutuhan masyarakat pada masa kini, membuat pengembang teknologi mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Seperti mobil, motor, mesin cuci, pesawat, penanak nasi, televisi, dll menjadi kebutuhan masyarakat yang sangat dibutuhkan pada era modern ini. Tidak terkecuali untuk smartphone, atau yang biasa dikenal sebagai gadget, atau juga dalam kamus Bahasa Indonesia di artikan sebagai gawai. Yak, adanya gadget atau gawai ini membuat masyarakat tidak perlu kesusahan untuk menghidupi suatu kebutuhan yang mereka inginkan, baik itu dari sandang, pangan hingga papan.

Arah globalisasi teknologi yang semakin pesat dan cepat ini justru menjadi keuntungan besar bagi para pemilik usaha teknologi serba cepat, tidak terkecuali para pemilik sosial media. Adanya sosial media membuat mereka bisa berinteraksi lebih jauh baik itu dengan saudara, keluarga, teman hingga mencari rekan bisnis. Tercatat, 4,021 Milliar penduduk di muka bumi ini mempunyai akses ke dunia maya dimana 3,196 Milliar penduduk bumi aktif di media sosial. Dan Indonesia, menjadi salah satu negara yang terkena akan imbas dari arus globalisasi teknologi ini.

Pesatnya pasar gadget di Indonesia rupaya menjadi keuntungan besar bagi para penjual smartphone di konter-konter HP. Hal ini terbukti, dimana menurut survei dari UNESCO, Indonesia termasuk ke dalam 5 besar teratas dalam kepemilikan gadget. Selain itu, Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan pengguna Internet ke 4 yang paling aktif di atas dari Afrika Selatan dengan rata-rata penggunaan 8 jam 51 Menit dalam 1 hari. Pengunaan Internet ini di saring berdasarkan semua perangkat yang di akses baik itu melalui laptop, komputer, maupun melalui telepon genggam. Bila dirinci lebih detail, Indonesia justru berada di 3 besar teratas dalam penggunaan internet melalui telepon genggam di bawah Thailand dan Brasil, dengan rata-rata penggunaan yaitu 4 Jam 17 Menit.

Masuknya internet serta gadget ke Indonesia ini rupanya menjadi hiburan tersendiri untuk masyarakat kita. Bila dulu hanya beberapa orang yang mempunyai akses untuk menggunakan internet, kini di abad 21 ini semuanya bisa dinikmati dengan mudah. Semua orang bisa berbincang melalui Facebook, Whatsapp, dan Line tanpa harus merogoh kocek lebih banyak. Bila dulu untuk menjadi orang yang banyak dikenal orang harus ikut ajang audisi pencarian bakat, kini beberapa orang bisa eksis hanya dengan membuat video apa yang dia bisa dan upload hasil video tersebut di Youtube. Bagi para penyuka fotografi ataupun pembuat seni, mereka juga bisa memamerkan hasil kreasinya ke dalam sosial media Instagram secara gratis. Dan yang paling penting, bila kita ingin mencari sebuah informasi, kita tidak perlu membeli buku ataupun mencari buku, hingga pergi ke sana kemari mencari informasi. Cukup membuka akses google.com dan ketik informasi apa yang ingin kita cari. Semuanya, terasa lebih mudah untuk saat ini.

Tetapi, hadirnya media sosial ini justru menjadi masalah yang bisa dibilang, cukup annoying kalau saya rasa. Walaupun positifnya bisa membuat semua terasa mudah, murah, dan meriah, tapi nyatanya hadirnya media sosial di negara berflower ini justru semakin lama membuat saya pribadi cukup, ya..... diantara bingung dan gak tau mau bilang apa. Misal begini, jikalau ada orang yang berbuat suatu kesalahan dan itu viral di dunia maya, kita bukan kroscek dulu ataupun mungkin mencoba mencari tahu dulu apa yang terjadi, melainkan kita melakukan cyber bulling habis-habisan di akun media sosial tersebut. Gak tau lah siapa yang mereka bully, pada intinya mereka banyak menghabiskan waktu dengan berkata-kata yang saya sendiri juga bingung siapa yang mereka bully. Belum lagi, jikalau ada orang yang lagi ribut di kolom komentar, itu bisa jadi kolom komentar tersebut bisa mencapai 100, 200, 300 hingga mungkin seribu. Dan ini bisa kalian liat dan check sendiri di beberapa media sosial khususnya bagi saya pribadi yaitu Instagram.

Menurut survei We Are Social, Indonesia menjadi negara ke-3 yang bermain media sosial lebih lama dengan durasi waktu rata-rata 3 jam 23 menit. Dan, Jakarta menjadi kota paling cerewet di dunia dengan rata-rata cuitan lebih dari 10 juta cuitan per hari. Di susul Tokyo, London, New York, Sao Paulo dan terakhir adalah Bandung.

Negara Teraktif Dalam Ber Media Sosial (Sumber : detik.com)
Namun, yang jadi masalahnya adalah isi dari cuitan-cuitan yang dibahas itu bukanlah cuitan yang kalau bisa dibilang berfaedah, melainkan isi unek-unek mereka, aktivitas mereka, atau bisa jadi cuman kata-kata iseng dimulai dari gambar hingga caption yang menggambarkan pesan yang mereka sampaikan. Walau terkadang, pesan dan gambar isinya tidak pernah sinkron, tetapi untuk urusan tersebut Indonesia bisa dikategorikan sebagai negara paling berisik, dan paling rewel dalam hal sosial media.

Masih pada lembaga survei yang sama, We Are Social menyatakan bahwa Facebook dan Youtube menjadi platform media sosial yang paling banyak di unduh. Diikuti whatsapp, Instagram, Line, We Chat, dll.

Saya pernah mencoba untuk mengulik ke beberapa kolom komentar dari sosial media, terutama untuk Instagram. Kenapa Instagram? Karena media tersebut bagi saya saat ini cukup ramai digunakan pada kalangan anak-anak remaja seusia saya. Dari situ saya mencoba untuk mengulas informasi seperti hasil pertandingan sepak bola. Dan hasilnya, apabila tim sepak bola Indonesia yang bermain di kancah Internasional, isi dari kolom komentar tersebut pastilah yang paling banyak dibanding pertandingan tim lain. Belum lagi kalau berbicara tentang akun gosip semisal L************** ditambah kontennya yang benar-benar hot dan masa kini, isi dari kolom komentar tersebut bisa diprediksi cukup begitu banyak hingga terkadang ada aja netijen-netijen Indonesia yang komentarnya semrawut.

Bergeser ke kanal Youtube yang jadi media terbanyak untuk dinikmati, hal yang sama bisa kita temukan saat kita sedang melihat suatu konten hingga isi komentarnya. Jika konten tersebut tidak menyinggung tentang Indonesia, saya rasa justru sangat sedikit masyarakat kita untuk berkomentar akan konten tersebut. Tetapi, jika konten itu menyinggung soal Indonesia dan sangat viral sekali, siap-siap mata anda dan jari anda akan sangat panas dan gatal. Anda akan disuguhkan sebuah komentar-komentar yang menurut saya ada yang positif apalagi negatif. Ditambah lagi, jika konten atau komentar itu berbau negatif dan mengandung SARA atau isu yang sedang naik daun, mungkin anda akan sedikit geli atau bisa dibilang akan terpengaruh.Terlebih lagi, jika itu live dan anda melakukan hal tersebut, ya..... you can score it about their attitude.

Sebenarnya menurut saya, tidak ada masalah akan hal tersebut. Cuman masalahnya, penggunaan internet atau sosial media itu harusnya bisa digunakan secara bijak. Terlebih, akses kita untuk menikmati dunia luar itu bisa dibilang lebih baik. Tetapi, untuk Indonesia sendiri ternyata penggunaan internet itu jauh dari kata bijak. Apalagi jika kita bermain di media sosial, hiburan tersebut ternyata malah menjadi sebuah toxic seperti case yang saya ceritakan di atas. Terlebih lagi, kita itu selalu banyak berkomentar hingga memperdebatkan sesuatu yang menurut saya itu, tidak lah penting. Dan pada akhirnya, kita itu seperti tong kosong nyaring bunyinya. TO MUCH SPEAKING, TO MUCH NOISING kalau orang bilang.

Lebih Baik Diam Dengan Otak Yang Berisi dibanding
Banyak Bicara Tetapi Tidak Berisi
(Sumber : moneysmart.com)
Itulah mengapa, WE ARE SOCIAL menempatkan kita pada urutan 5 besar dari kepemilikan gawai, hingga pengunaan internet maupun media sosial dari seluruh dunia.

INDONESIA KRISIS MEMBACA
Logo UNESCO (Sumber : un.org)
Pesatnya penggunaan gawai di Indonesia sendiri menjadi respon positif dari ke dua belah pihak. Dari sisi bisnis, perusahaan penjual smartphone yang bercabang di Indonesia bisa meraup keuntungan yang lebih besar. Terlebih lagi, pasar mereka untuk penjualan ini tidak hanya orang dewasa saja melainkan sudah merambah ke anak-anak. Di satu sisi, untuk customer atau pembeli justru merasa terhibur dengan adanya barang super canggih dan super bisa ini.
Tercatat, 60 juta penduduk Indonesia rata-rata memiliki gawai dan menempati urutan 5 lima besar dalam kepemilikan ponsel cerdas tersebut. Selain itu, Indonesia berada di peringkat ke dua untuk penggunaan internet dengan persentase 49% yang artinya aktifitas pengunaan internet di Indonesia cukup pesat. Tetapi, adanya internet ini justru menjadi permasalahan sendiri buat kita.

Menurut riset dari UNESCO, Indonesia menempati peringkat 2 terbawah dalam hal memiliki minat baca. Yang artinya, kebutuhan membaca di Indonesia ini sangatlah kurang. Padahal, masyarakat Indonesia itu sangat banyak sekali mengakses internet. Terlebih itu di jam kosong ataupun di jam kerja, semua aktifitas mereka pasti berbasis pada internet.

WOW......

Tapi mengapa minat baca masyarakat kita rendah, padahal kita sudah dimudahkan dalam hal kepemilikan gawai hingga akses internet?

Jawaban simpelnya adalah mereka biasa menggunakan hanya untuk hiburan. Bukan cari informasi atau sekedar membaca sebuah artikel yang pastinya akan menambah wawasan mereka. Di Indonesia sendiri, untuk akses hiburan kita itu sangatlah banyak. Ada youtube, ada game online, sosial media, dan macam lainnya. Dan itu pasti mereka sangat aktif untuk mengakses hal tersebut apalagi membahasnya.

Tapi, jikalau disuruh membaca buku atau artikel, berapa orang yang akan kuat untuk membaca?

Paling tidak, membaca selama 5 menit atau satu dua halaman?

Pasti sangat sedikit.

Dikalangan usia muda, khususnya anak-anak hingga remaja, hal ini justru menjadi perhatian khusus. Seperti yang sudah saya jelaskan pada postingan saya sebelumnya mengenai negara dengan literasi terbaik, mereka menerapkan budaya membaca sejak kecil. Bahkan pemerintah sana memfasilitasi perpustakaan dengan fasilitas yang membuat mereka nyaman untuk membaca.

Di Indonesia sendiri, hal itu belum terlihat. Bahkan, kalau untuk sekelas hiburan pastilah mereka akan memilih video game dengan gawai di tangannya dibandingkan membaca. Untuk anak-anak yang mengeyam di dunia pendidikan, kebanyakan buku itu disentuh dalam dua hal, yaitu mendekati ujian dan merangkum/mengerjakan apa yang terdapat dari buku. Sisanya, buku itu tidak digunakan untuk keperluan mereka sehari-hari. Untuk pengerjaan tugas sekalipun, mereka hanya mengambil dari Internet lalu menjiplak salinan data dari internet tanpa membacanya terlebih dahulu.

Sangat disayangkan apabila Indonesia dengan kapasitas penduduknya yang cukup banyak, dengan kemajuan teknologi yang pesat hingga akses internet yang sudah memadai, justru malas membaca. Padahal, dengan membaca saja kita sudah membuka 1 pintu dunia yang belum kita ketahui.

Bukankah membaca itu adalah jendela ilmu dan membaca itu sama dengan membuka jendela dunia?

ALASAN RENDAHNYA MINAT BACA NEGARA KITA
Jangan Malas Untuk Membaca (Sumber : kompasiana.org)

Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, pastinya terjadi bukan tanpa alasan. Berkembangnya teknologi yang memudahkan kita untuk mencari berbagai macam informasi pun, sepertinya tidak bisa kita manfaatkan secara bijaksana. Hal ini terbukti dari banyaknya informasi-informasi yang masuk ke masyarakat, kebanyakan di antara kita tidak mencari dulu kebenaran akan berita tersebut. Terlebih lagi, hoax yang menjurus ke arah fitnah dan informasi sesat menjadi suatu permasalahan di kalangan masyarakat millenial saat ini.

Kita ambil contoh, bagaimana masyarakat lebih mudah untuk melakukan copy paste suatu pesan, lalu melakukan broadcast pesan tersebut ke orang lain tanpa membaca terlebih dahulu atau mencari kebenaran berita tersebut. Hal ini justru mengkhawatirkan mengingat banyak diantara kita yang masih latah informasi yang belum teruji kebenarannya, sehingga bisa jadi masyarakat yang menerima menelannya secara mentah mentah.

Selain itu juga, masyarakat era sekarang khususnya Indonesia lebih cenderung untuk mencari hiburan yang berupa visual maupun audio, ketimbang teks. Bisa kita liat bagaimana menjamurnya youtuber-youtuber Indonesia baik yang profesional hingga amatiran dalam membuat suatu konten yang bisa menghibur masyarakat. Masalah mereka terkenal atau enggak, itu adalah urusan nomor 2. Yang jelas, mereka bisa berekspresi lebih secara nyata dibanding dengan seperti apa yang saya lakukan saat ini pada blog saya ini.

Ada beberapa alasan yang menurut saya mengapa minat baca Indonesia bisa rendah versi saya sendiri, yaitu:

1. BUDAYA MEMBACA SEJAK DINI BELUM DIBANGUN


Membaca Sejak Dini adalah Langkah Utama yang Bagus
Dalam Membangun Literasi
(Sumber : merdeka.com)
Membaca tidak harus dilakukan di sekolah. Membaca juga, tidak perlu harus beli buku lalu membaca. Dan membaca, tidak harus jadi orang tua baru membaca. Namun membaca, bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun itu kita berada.

Pentingnya budaya membaca sejak dini, menjadi suatu perhatian tersendiri bagi kita. Peranan orang dewasa maupun orang tua dalam mengajarkan generasi muda untuk gemar membaca, menjadi hal khusus yang perlu kita perhatikan untuk memberantas buta huruf. Terlebih lagi pada era sekarang, banyak anak-anak muda yang jarang membaca buku dan lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan hiburan seperti main game ataupun melihat konten youtube sesuai selera mereka.

Di Finlandia, pemerintah mencanangkan suatu program untuk meningkatkan budaya literasi mereka. Salah satunya yaitu, memberikan bingkisan spesial kepada orang tua yang melahirkan anaknya. Yang menariknya adalah, isi dari bingkisan spesial tersebut yaitu buku bergambar khusus anak-anak. Hal ini dilakukan oleh pemerintah untuk mengajak semua orang tua di Finlandia berperan aktif dalam mengajarkan anak-anaknya gemar membaca sejak dini.

Di Indonesia, budaya tersebut belum terlihat. Peran orang tua dalam mengajarkan anaknya untuk gemar membaca sepertinya belum terbangun. Terlebih lagi, kesibukan orang tua yang cukup banyak membuat mereka menitipkan anak-anaknya ke beberapa tempat les membaca anak-anak. Hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi peran orang tua dalam membangun karakter anak itu sangatlah penting terlebih saat anak berada di usia 5 tahun. Apalagi, sisi positif dari mereka mengajarkan budaya membaca ke anak-anak mereka adalah mendekatkan diri mereka kepada anak-anak mereka sehingga anak-anak bisa semangat membaca karena didikan orang tuanya.

2. FASILITAS PENUNJANG MEMBACA YANG MASIH MINIM

Rusia Dengan Fasilitas Baca yang Unik dan Nyaman
(Sumber : kompasiana.com)
Di Rusia, pemerintah memberikan penunjang fasilitas-fasilitas umum kepada masyarakatnya untuk bisa nyaman membaca. Pada salah satu artikel di kompasiana yang ditulis oleh Syaripudin Zuhri, membahas tentang bagaimana nyamannya para pembaca buku dalam menikmati waktunya dengan membaca buku. Contoh saja, bagaimana pemerintah di sana menyulap sebuah hutan yang penuh akan pohon menjadi sebuah taman baca yang cukup mengagumkan serta nyaman. Selain itu juga, kebiasaan mereka membaca buku juga terus terbawa kala mereka berpetualang keluar negeri. Dan pada artikel tersebut juga membahas bagaimana semangat orang Rusia dalam mempelajari sebuah ilmu dari satu buku.

Di Indonesia, hal tersebut rasanya sangat begitu jarang kita temui. Bahkan, tidak ada kita melihat sebuah hutan bisa disulap menjadi sebuah taman baca yang rindang. Paling tidak, kita cuman mengandalkan dua tempat yaitu perpustakaan dan juga toko buku. Itupun juga rata-rata, jarang ada yang mau membaca buku terkecuali untuk tugas atau penyusunan thesis.

Rendahnya minat literasi kita ini seharusnya menjadi perhatian kita tersendiri bagaimana kita bisa menciptakan suasana baca yang bisa dinikmati oleh semua orang. Kita tidak perlu meminta pemerintah turun tangan untuk membuat fasilitas taman baca yang nyaman. Dalam salah satu film Ipin Upin yang bercerita tentang perpustakaan berjalan, bisa kita jadikan inspirasi kecil untuk menarik minat orang dalam membaca.

Selain itu, tempat yang dibutuhkan tidak harus bagus, mewah atau ramai dari orang. Kita bisa gunakan taman terbuka, atau mengadakan kunjungan sekolah anak-anak semisal PAUD, atau juga mencari kampung terpencil sembari membawa buku yang masih layak untuk di baca kepada anak-anak yang berada di daerah yang belum terjamah tentang teknologi. Hal ini justru bisa menciptakan lapangan hiburan tersendiri untuk menarik minat masyarakat dalam membaca.

3. BERUBAHNYA ARAH HIBURAN MASYARAKAT

Bermain Game Online Adalah Salah Satu Hiburan Utama
Masyarakat Saat Ini
(Sumber : prokal.co)
Pesatnya pertumbuhan teknologi di zaman sekarang mendorong seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan suatu hiburan yang dapat dinikmati oleh orang banyak. Mereka berlomba-lomba untuk menciptakan suatu hiburan menarik yang membuat semua orang bisa menikmati dimanapun dan kapanpun itu. Salah satunya adalah Youtube.

Youtube merupakan salah satu fasilitas hiburan yang paling banyak dinikmati oleh semua orang maupun semua umur. Aplikasi yang hampir serupa dengan fungsi televisi ini, bisa dinikmati oleh semua orang secara gratis tanpa perlu mengeluarkan biaya satu rupiahpun. Terlebih lagi, masyarakat bisa memilih konten yang diinginkan sesuai seleranya.

Di Indonesia, penikmat aplikasi ini sangatlah banyak. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, semuanya bisa menikmati aplikasi satu ini secara bebas. Mulai dari konten yang bisa kita pilih sesuai selera hingga audio dan visual yang bisa kita nikmati, membuat aplikasi pengunduh terbanyak di dunia ini menjadi sarana hiburan paling utama bagi masyarakat. Terlebih lagi, fungsi Youtube yang serbaguna ini membuat masyarakat Indonesia bisa menumpahkan seluruh imajinasianya ke dalam Youtube. Contohnya seperti tutorial , review game, hingga cover lagu semuanya ada pada aplikasi ini. Bahkan, untuk membuat seseorang kini menjadi dikenal oleh semua orang layaknya artis salah satunya adalah menjadi Youtuber.

Fenomena menjamurnya Youtuber di Indonesia, menjadi salah satu bukti bahwa pengaruh Youtube ke Indonesia sangatlah besar. Ini bisa terbukti dari banyaknya anak-anak muda jaman sekarang memanfaatkan aplikasi ini sebagai wadah untuk unjuk gigi akan keterampilan mereka. Selain itu, untung yang di dapat dari aplikasi ini sangatlah menguntungkan dari segi bisnis. Sehingga, hasil keuangan mereka yang di dapat salah satunya berasal dari Youtube.

Berubahnya arah hiburan masyarakat saat ini, membuat peran buku sebagai hiburan yang paling murah dan banyak dinikmati ini menjadi suatu ancaman tidak hanya bagi penjual buku, melainkan para penulis buku. Bagaimana tidak, buku yang rata-rata hanya berisi tulisan dan gambar akan kalah dengan hiburan yang diisi dengan audio, visual hingga gambar yang disajikan. Selain itu, arah hiburan masyarakat juga ikut berubah yang tadinya suka membaca, menjadi lebih suka menonton karena fasilitas yang diberikan jauh lebih menarik ketimbang hanya membaca buku dengan teks dan isi cerita yang susah dipahami dan dicerna masyarakat.

4. BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI YANG BEGITU PESAT
Arus Pesatnya Globalisasi, Mengubah Semua Kebutuhan Manusia
Teknologi yang terus berkembang juga menjadi salah satu faktor bagaimana buku bisa tergerus oleh zaman. Masih sama dengan nomor 3 tentang bagaimana pola hiburan masyarakat bisa berubah, pada poin ini juga dibahas tentang bagaimana beralihnya sebuah buku yang berbentuk fisik menjadi sebuah buku yang berbentuk elektronik.

Kalau dari kacamata teknologi, saya rasa itu tidak masalah karena ada kemajuan. Tapi yang jadinya masalah, penggunaan gawai untuk era sekarang justru untuk mencari hiburan bukan untuk menggali ilmu. Terlebih lagi, seperti poin nomor 3 yang sudah saya bahas adalah masyarakat butuh hiburan yang berupa audio dan visual. Bukan berupa teks ataupun gambar. Memang, beberapa portal hiburan juga ada yang menyediakan hiburan seperti manga ataupun buku elektronik. Tetapi, itu tidak banyak dan kalah dengan hiburan di atas seperti yang saya sampaikan pada nomor 3. Pun kalau mereka ingin mencari tentang pengetahuan di Internet, hal itu sangatlah terbatas.

Contoh saya sebagai seorang blogger. Berkaca dari saya bagaimana menulis sejarah, sejarah hanya akan lengkap apabila kita membaca buku sejarah yang asli dan bukan dari internet. Jikalau kita dari Internet, pasti referensi kita rata-rata cuman dari wikipedia. Wikipediapun juga pastilah cuman ringkasan. Jadi belum tentu akurat. Dan masih banyak lagi kendala bagi saya dalam menulis sejarah.

Kembali lagi tentang permasalahan teknologi, pada intinya beralihnya buku menjadi sebuah buku elektronik justru menjadi tantangan tersendiri apakah buku masih layak sebagai hiburan atau kebutuhan manusia atau tidak? Ditambah lagi, banyaknya hiburan atau akses internet yang lebih menarik serta simpel juga menjadi suatu tantangan tersendiri apakah kita masih tetap mau membaca buku, atau justru kita malah menutup dunia dari membaca buku?

5. POLA PIKIR MASYARAKAT

Seorang Kakek yang Masih Semangat Membaca (Sumber : china.org)
Menjadi sangat penting apabila kita bisa paham apa arti dari no 5 yang saya akan bahas saat ini.
Membaca itu tidaklah harus di sekolah. Membaca itu juga tidaklah harus berbasis buku. Membaca itu tidak perlu menjadi tua, dan membaca itu tidaklah harus orang berkaca mata. Mungkin itu lah yang bisa sampaikan mengenai apa arti dari membaca yang selama ini saya pikirkan. Terkadang, orang yang berkaca mata tebal dan pintar itu pastilah dia si kutu buku. Sebenarnya bagi saya, anggapan itu bisa benar bisa salah.

Orang pintar itu, tidaklah orang yang harus berkaca mata tebal. Tapi orang pintar itu, pada dasarnya adalah dia yang suka atau sering membaca buku. Itulah salah satu indikator  mengapa orang bisa dikatakan pintar. Selain itu, orang untuk ingatannya tetap kuat juga salah satunya dari membaca buku. Dan orang untuk bisa menjadi cerdas, juga salah satunya dari membaca buku.

Membaca itu juga anda tidak perlu membeli buku sampai setebal berapa ratus ribu halaman. Anda cukup perlu membaca buku yang bisa anda nikmati sesuai selera anda. Membaca itu juga gak harus melulu dikaitkan dengan buku. Masih ada informasi yang bisa anda nikmati seperti koran atau majalah yang berisi informasi. Toh, mereka juga sama-sama mengandung suatu pengetahuan.

Membaca itu juga seperti yang sudah saya sampaikan, bahwa tidak harus dimulai dari bangku sekolah atau TK. Kita bisa memulai itu sejak dini dan bisa mengajarkan saudara kita untuk belajar membaca. Anda tidak perlu tempat seperti sekolah atau perpustakaan untuk bisa membaca, tetapi yang anda butuhkan kenyamanan dan ketenangan untuk membaca. Itulah yang membuat anda bisa gemar membaca.

Kehidupan erat manusia dengan gawai inipun juga harus bisa kita batasi. Walau sekarang gawai sudah jadi kebutuhan, tak ada salahnya kita untuk coba membaca buku. Tidak perlu buku tentang pelajaran yang bisa membuat anda pusing. Anda cukup mencari buku yang sesuai selera anda, lalu anda coba baca antara satu halaman, satu bab, atau mungkin satu materi. Saya rasa, ini bisa menggugah selera anda untuk membaca buku.

Walau ada yang mengatakan bahwa lebih baik saya baca dari gawai/gadget, tetapi kecanduan kita dalam bermain barang genggam ini juga perlu kita batasi. Toh juga, efek kesehatan kita bermain gawai terlalu lama bisa membuat tangan dan mata kita sakit. Selain itu, dari segi sosial juga bila kita bermain gawai terlalu lama, kita seakan mengacuhkan apa yang terjadi disekitar kita. Ada kala baiknya kita coba perbaiki pola hidup kita yang salah satunya yaitu membaca buku.

Bukankah, membaca buku itu sama dengan membuka jendela dunia?

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger