Saturday, July 6, 2019

HISTORICAL ABOUT SMA HANG TUAH (PART 8) : MY HANG TUAH STORY : ENDGAME

12 IPA 1, LAST STANDING IN LAST YEAR (PART 2)

OH ! Selama gua menjalani kehidupan gua di kelas 12 ini, banyak cerita tak terlupakan bagi gua yang mungkin sampe sekarang menurut gua, itu adalah cerita paling seru versi gua. Bisa gua bilang, ini adalah the best story ever yang gua kenang.

Cerita pertama dimulai dari kado manis untuk kami yang menempati kelas baru yang benar-benar baru banget dan bertambahnya satu anggota keluarga baru kami. Ya walau bukan teman kami sih, tapi kabar itu cukup membuat kami ikut bahagia sekaligus senang. Begini ceritanya.

Waktu itu kebetulan Hang Tuah sedang mengadakan lomba rutin tahunan antar kelas. Lomba itu juga, sekaligus memeriahkan perayaan Idul Adha yang dimana hari itu masih hari tasyrik. Hari tasyrik itu adalah hari dimana kita dilarang berpuasa di tanggal 1 Syawal dan di tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Untuk lebih lengkapnya, bisa kalian liat detail di berbagai sumber di gugel. Balik ke acara lomba, kegiatan lomba ini seperti yang sudah gua katakan adalah kegiatan tahunan rutin dari SMA Hang Tuah sendiri. Lombanya itu ada dua macam, yaitu lomba kebersihan kelas dan juga lomba masak. Lomba itu diadakan seharian tanpa ada sedikitpun pelajaran. Jadinya, semua siswa bener-bener kerja keras buat mempersembahkan yang terbaik untuk kelasnya.

Kegiatan HT saat Idul Adha (Source : IG @smahangtuah1)
Dua hari sebelum pemotongan hewan kurban di HT, gua sempat di panggil sama Pak Awie untuk ke ruang guru. Waktu itu Pak Awie minta tolong gua buat kerahin anak rohis untuk ditugaskan membantu kegiatan kurban lusa. Sepulang sekolah, gua kumpulin mereka di aula dan gua ceritakan tugasnya Pak Awie ini sama mereka. Tugas kita waktu adalah kita diminta tolong buat bantu megangin kambing, lalu kulitin hewan kurban, dan semacam memetakan daging-daging hasil kurban yang nantinya akan diplastikin, lalu akan diserahkan kepada masyarakat yang berhak mendapatkan. Itu semua, kami lakukan dengan bantuan dari guru dan staff.

Di hari itu juga, gua sempat ketemu sama Pak Adji pas ketika sesi kosong. Gua lupa apakah itu pas masih jam sekolah atau jam pulang. Intinya, gua sempat berpapasan sama Pak Adji di lorong dan gua sempat bilang sesuatu.

"Pak Adji, maaf. Nanti yang motong hewan kurban lusa, siapa ya?" tanya gua.

"Paling saya sih. Kenapa, le?" tanya balik Pak Adji.

"Saya mau belajar motong hewan kurban, pak. Tahun lalu saya gak sempat nyoba. Tahun ini sebelum saya lulus, saya mau belajar motong hewan kurban. Boleh gak pak?" kata gua. 

Sejujurnya sih, gua waktu itu memang ada keinginan gitu bisa motong hewan kurban. Tapi, gua sempat worrie atau ragu gitu kalau seandainya, gua takut gak dibolehin karena alasan satu dan lain hal, gitu. Tapi, gua coba beraniin diri aja buat nanya boleh atau enggak buat gua belajar berkurban.

"Kamu mau?" tanya Pak Adji.

"Iya, pak." jawab gua sambil berharap bisa dibolehin buat belajar kurban.

"Okelah. Saya tunggu lusa ya." jawab Pak Adji lugas tanpa basa basi.

Dari situ, gua langsung senang, lega, dan gak sabaran buat nunggu hari dimana tiba saatnya.

Pasca libur Idul Adha, kita kembali lagi masuk ke sekolah seperti biasa. Cuman bedanya, kita bakal mengalami jam kosong secara full, dan diganti dengan lomba rutin tahunan yang sudah gua jelaskan sebelumnya. Sedikit cerita, lomba ini memperebutkan 2 piala bergilir dimana tahun lalu, salah satu piala itu untuk juara lomba kebersihannya, dari kelas XI IPA 1 yang notabenenya adalah kelas gua yang dulu. Saat itu gua masih megang jadi wakil ketua kelas. Untuk lomba ini, kembali diadakan dengan memperebutkan dua piala bergilir yang masih sama.

Sebelum acara kurban dimulai, terlebih dahulu ada semacam apel kurban kalo gak salah. Selesai dari apel kurban, acara pemotongan hewan kurban akan segera dimulai. Gua melalui pengeras suara yang ada di ruang guru, meminta tolong untuk seluruh anak rohis yang jadi panitia kurban untuk bisa hadir di pinggir lapangan. Akhirnya, semua udah pada ngumpul ditempat, dari Pak Adjinya sudah siap, proses pemotongan hewan kurban pun segera dimulai.

"Ayo. Langsung aja dieksekusi. Tolong bawa kambingnya satu ke sini." pinta Pak Adji.

Tim gua langsung mengambil salah satu kambing yang berada di sisi lapangan lain, lalu membawa kambing tersebut ke tempat penyembelihan yang sudah disiapkan. Sampai di tempat tersebut, tim gua langsung menidurkan kambing tersebut dan Pak Adji langsung memulai proses penyembelihan hewan kurban. Potong, potong, potong, selesai proses penyembelihan hewan kurban yang pertama. Selanjutnya, penyembelihan yang kedua. Untuk proses penyembelihan yang kedua ini, dilakukan oleh gua sendiri sesuai permintaan gua kemarin.

"Man, ini pisaunya. Hati-hati kalau motong ya." kata Pak Aji sambil nyerahin pisau miliknya.

Posisi gua saat itu, lumayan deg-deg an sih. Karena memang ini adalah pengalaman pertama gua buat motong hewan kurban, plus gua juga merupakan ketua rohis pertama yang menjadi pemotong hewan kurban di sisi seorang siswa. Gua coba baca bismillah sekaligus doa, shalawat dan takbir, dan.........., sret..... . Alhamdulillah, akhirnya penyembelihan hewan kurban yang kedua, lancar pisan. Mantabs. Hahaha πŸ‘. Lumayan asik sih ya saat itu. HahahaπŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„. Sampe, semua anggota tim gua juga mau mencoba buat motong gitu. Ya...., bener-bener seru lah. Hahaha 😁. Selesai kita motong semua hewan kurban, maka tugas berikutnya adalah kita mengulitin hewan kurban hingga menyebarkan daging kurban tersebut ke tiap kelas untuk di masak.

Da Best Teacher Yang Ngajarin Gua Motong Hewan Kurban
(Source : IG @smahangtuah1)
Kita pindah cerita untuk di kelas. Saat itu gua bertugas untuk bantu-bantu merapihkan kelas dengan yang lain. Ada yang nyapu lantai, ngepel lantai, rapiin meja, bersihin lemarin, ngelap jendela, buat dekorasi, pokoknya saat itu semua benar-benar super sibuk. Dari Pak Fulki juga ikut bantu kita, sampe coba bikin saran untuk buat dekorasi unik, seperti apa impian kita buat masa depan setelah lulus SMA dan sebagainya. Di sisi lain, ada juga yang bertugas untuk memasak dengan mengolah daging kurban yang sudah tim rohis bagikan ke tiap kelas. Dari bahannya pun juga, sudah mereka siapkan dari rumah. Jadi, mereka tinggal eksekusi dan siap menyajikan hidangan terbaik kami. Bisa dibilang, All of people working together lah kalau kata gua.

Setelah hampir dua tiga jam kita beberes sekaligus masak, akhirnya dilakukanlah penilaian. Kelas gua dapat kesempatan pertama untuk dilakukan inspeksi oleh para juri. Juri saat itu, ada Pak TG, Pak Seno, Bu Retno, sama satu lagi itu gua lupa antara Bu Zia atau Bu Riana, atau siapa gitu, gua lupa. Pokoknya, ada sekitar 4-5 juri gitu. Nah, juri itu masuk kelas kita, cek, cek, cek, kurang lebih 15 menit dan akhirnya mereka keluar. Gua sempat dengar dari salah satu anak, dia bilang kalau Pak TG itu pas pertama kali masuk kelas kita itu sampe geleng-geleng kepala bukan main. Gua gak tau ya apakah memang beliau waktu itu takjub sama kelas kita yang bersihnya bener-bener amazing menurut beliau, atau memang cuman sekedar iseng aja gitu geleng-geleng kepala gara lehernya pegel atau kenapa. Yang jelas, katanya Pak TG cukup terhipnotis dengan hasil kebersihan kelas kita. Sama satu lagi, makanannya gak enak kata Pak Seno. Wakakakaka πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…. Disitu, aku merasa sedih. Hahaha πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…. Selesai dari penilaian, kita semua akhirnya masuk sambil menghabiskan makanan yang ada di meja atau yang ada di antah berantah dimana makanan itu berada. Entah di lantai kek, kotak bekel kek, kantin kek, Mie Ayam Yamin kek, pokoknya kita habisin tanpa sisa satupun. Hohohoho (Hebat ya kelas gua. Serem semua makannya. Wakakaka πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„)

That's day is end.

Lalu Hari Rabunya kalau gak salah, kita kembali masuk seperti biasa. Saat itu gua gak tau kalau hari itu adalah pengumuman lomba. Jadinya..., gua masuk ya masuk aja gitu. Pas di depan ruang kepsek, gua ketemua sama Pak Adji. Pak Adji sempat nanya sesuatu ama gua.

"Man. Kamu kelas berapa?"

"12, pak."

"12 berapa?"

"12 IPA 1, pak."

"Wali kelasnya siapa?"

"Pak Fulki, pak."

"Oh..., oke. Makasih ya."

"Iya, pak. Sama-sama"

Saat itu, gua gak ngeh kalau itu adalah hasil pengumuman lomba kemaren. Gua cuman jalan masuk ke kelas dan gak mikirin apa-apa satupun. Oh, ada satu hal yang gua inget. Gua sempat dapat kabar gitu kalau Pak Fulki lahiran anak pertama. Itu juga dapat status dari BBM beliau saat itu. Dalam hati, ya...., Alhamdulillah gitu. Guru gua akhirnya dapat anak pertama juga. Suatu kabar yang baik buat kita gitu. Tapi tetep, gua masih gak ngeh soal tadi. Gua tetap cuek aja lah saat itu. Sekitar jam 7 pagi, kita turun ke bawah buat apel pagi. Apel, apel, apel, apel, pas di tengah apel, saat pemberian amanat apel, ada pengumuman pemenang lomba kemarin. Kebetulan, pembina apel saat itu adalah Pak Adji. Pak Adji dengan gayanya yang unik, membacakan pemenang lomba.

"Untuk, juara lomba, kebersihan kelas, se SMA Hang Tuah 1 Jakarta, jatuh kepada........"

"12 IPA 1 !!!!!"

"YEEEEAAAAYYYYYY !!!!" teriak kami satu kelas 12 IPA 1.

Sontak, kami semua bersorak kegirangan. Gua pribadi sebagai ketua kelas juga. merasa gak percaya kelas gua menang.

"Untuk ketua kelas 12 IPA 1 dan wali kelasnya, dimohon untuk berdiri di atas sini." kata Pak Adji sambil ngumumin pemenang lomba memasak berikutnya.

Saat itu jujur, gua masih gak percaya kalau kelas gua itu menang. Dan, ekspresi gua sendiri ketika gua megang piala itu, gemetaran sampe gua merasa gak kuat dan masih gak percaya kalau kita real menang untuk piala bergilir ini. Kalau ditanya, kenapa gak percaya? Soalnya, kelas yang baru kita huni ini, dengan status ruang kelas yang baru selesai dibangun beberapa bulan sebelumnya, bisa menjadi kategori kelas paling terbersih se SMA Hang Tuah. Cukup amazing kalau gua rasa. Dan, di saat itu juga merupakan kado paling terindah dan luar biasa untuk Pak Fulki disamping lahiran istrinya untuk anak pertamanya.

WOW !

Di akhir cerita, gua sempat share piala tersebut ke BBM Pak Fulki dan disaat itu juga, kita diskusikan tentang hadiah uang yang kita dapat dari hasil lomba tersebut. Ada rencana kalau uang itu akan dibelikan hadiah untuk anaknya Pak Fulki. Tapi, akhirnya kita sepakat kalau uang itu jadinya disimpen oleh bendahara untuk keperluan kelas lainnya. Sebuah cerita yang never forgetted for me.

WOW !!!

SPEECHLESS 😎!!!

(Btw, foto pialanya ada di HP gua yang lama dan itu ke format. Hahaha πŸ˜…. Sorry gengs πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…)

Lalu..., oh. Ada cerita unik lainnya yang bisa gua ceritain di sini. Cerita itu ketika untuk pertama kalinya salah teman gua ini ngamuk parah dan itu juga adalah pertama kalinya gua liat pake mata kepala gua sendiri. Kalau gua bisa sebut namanya...., ya sebut ajalah Ginting Dikari Putra atau yang biasa akrab dipanggil "Ginting" di sekolah. Hahaha.

Untuk cerita soal Ginting ini, gua sebenarnya ada niatan buat nyeritain dia gitu di cerita sebelah. Soalnya kenapa? Because, this person is very unique tidak hanya bagi gua pribadi dan di sekolah, melainkan di seluruh alam semesta ini. HahahaπŸ˜… (Jahat njir 😁). Tapi, khusus yang satu ini akan gua ceritakan.

Awal gua baru pertama kali ngeliat Ginting ngamuk itu, pas waktu si Ginting diajak ngobrol sama Iki, Mira, Thomas dan Ardiyan. Untuk Iki dan Mira ini, mereka bisa dibilang adalah teman ngobrolnya Ginting untuk membuat Ginting merasa nyaman aja di kelas. Maklum, seperti yang gua bilang bahwa Ginting ini cukup unik. Untuk spesifiknya, nanti gua ceritakan. Untuk Thomas sama Ardiyan ini, agak serem sih ceritanya. Gua gak tau ya gimana kronologi awalnya Ginting bisa ngamuk gara-gara Thomas sama Ardiyan. Tapi, menurut beberapa cerita yang gua tanya ke Mira atau Iki, kalau dia itu pertama kali ngamuk di kelas gara-gara dikomporin Thomas soal makan-makan di rumah Mira. Terus, yang diundang itu satu kelas, kecuali Ginting.

"Nting, ntar kita makan-makan di rumah Mira dong. Satu kelas lagi diundang. Tapi, lu gak diajak."

"Nah ting. Hayo lo ting...."

"Hayo lo... . Gak diajak lo ting..."

"Hayo lo....."

Itu spontan si Ginting langsung teriak-teriak, lari keluar kelas, banting pintu kelas, tendang tong sampah, hingga akhirnya......, dia entah lari kemana gua gak tau saat itu. Bahkan katanya, ada yang bilang dia mau loncat bunuh diri dari atas gara tadi. Jadinya, lumayan runyam saat itu sampe Bu Retno juga bingung kenapa bisa begitu tu anak. Itu masih belum seberapa sih. Yang merepotkan itu, justru yang pas selesai try out, itu masalahnya gak tau antah berantah kenapa gua yang jadi tersangka. Wakakakaka. Ceritanya gini.

Waktu itu pas Hari Selasa seinget gua, kita itu melakukan simulasi try out kedua yang dimana kita itu tesnya Matematika dan juga Biologi. Saat itu situasi tes udah selesai, dan kita balik lagi ke kelas kita yang semula. Saat itu jam menunjukan sekitar setengah 11 dan ada jeda istirahat sekitar 1 jam. Karena waktu itu gua lumayan ngantuk dan di belakang ada kursi panjang kosong yang sering dibawa Tosa, Cecep sama Oyong, jadinya gua pake buat ngaso bentar. Setelah gua tiduran selama 30 menit kurang lebih, tiba-tiba gua terbangun dengar suara keramean dari depan. Ramenya itu sih, bukan rame yang kayak anak-anak kelas ribut-ribut biasa, enggak. Tapi, yang gua dengar ini seperti cerita gua di paragraf sebelumnya.

"Nah ting. Hayo lo ting..."

"Gak di ajak lu ting..."

Di situ, rame ngompor-ngomporin Ginting lagi soal masalah sepele. Karena saat itu gua terbangun dan gak tau ceritanya apa, spontan gua jalan ke depan mau coba ikut join aja gitu. Mau tau mereka ngobrolin apa sama Ginting. Pas gua udah nyampe di depan, tau tau si Ginting langsung tiba-tiba teriak ngamuk sambil mau lari keluar.

"AWAS, LEPASIN GUA !!!"

Thomas spontan coba buat nahan Ginting untuk gak lari keluar kelas. Tapi, Ginting bukannya menjadi tenang, malah jadi brutal hingga lari sambil tendang pintu kelas dengan kencang hingga teriak-teriak di lorong kelas sambil menendang tong sampah di depan XII IPS 1. Karena beberapa dari teman gua mencoba buat ngejar dia, gua cegat mereka supaya gak ngejar karena dalam kondisi ngamuk parah.

"Udah, udah. Jangan dikejar. Biarin aja dia ngamuk dulu." kata gua waktu itu.

Memang, dia kalau udah brutal itu udah lepas kondisinya. Ada yang dia mau loncat lah dari lantai 2, terus nendang tong sampah lah sampe penyok, nendang pintu kelas sampe bunyi, teriak teriak ngamuk gak jelas di lorong sambil lari, sampe pernah dia lari keluar sekolah hingga katanya dia mau coba lari ke perempatan seskoal. Ya disitu gua udah kepikiran gimana jadinya kalau emang ngamuknya gak terkontrol. Yang ada, di perempatan bisa ditangkap ama warga entar. Hahahaha πŸ˜„πŸ˜„. Lebih parah lagi, kalau satpol PP yang nangkap, terus dikira orang gila. Wah, gimana itu jadinya. Hahahahaha πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜† (Anjir, jahat bet πŸ˜…). Akhirnya, gua kejar dia kemana dia lari tanpa pake sepatu ama kaos kaki alias gua nyeker. Hahaha.

Pas gua udah keluar sekolah, gua coba cari tu anak ada dimana.

"Buset. Tu anak kemana ya? Bisa gaswat kalau beneran ngamuk di sana."

Pas gua ketemu dia ada dimana, kebetulan juga si Sita sama Caca juga ngejar Ginting.

"Ginting dimana le?" tanya Sita ke gua.

"Tu. Coba cari di sana." sambil nunjuk ke arah Ginting berada. "Tolong dibantu aja buat tenangin dia. Kasian tu anak." lanjut sambil balik lagi ke kelas.

Pas gua mau balik, gua papasan sama Pak Hamidi.

"LU APAIN TU ANAK? PARAH LU ANAK ORANG SAMPE NGAMUK-NGAMUK." kata Pak Hamidi ke gua.

Gua spontan langsung "What? πŸ˜‘". Kenapa jadinya gua yang kena ya? Wkwkwk πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„. Padahal, gua kan tadi cuman tidur doang kerjaannya di kelas. Dia ngamuk juga, pas gua nyampe depan. Hahaha πŸ˜†. Gua forget it aja dan gua tetap jalan ke kelas. Beberapa menit kemudian pas pelajaran mau mulai, Caca sama Sita juga udah balik ke kelas buat ikut pelajaran. Selang beberapa dari awal pelajaran dimulai, tiba-tiba Pak Fulki masuk kelas dan manggil nama gua.

"Sule, mana sule?"

"Iya, pak."

"Sini sebentar. Ikut saya."

Dari situ, satu kelas langsung teriak.

"Hayoooo lu le...."

"Lu apain Ginting tadi le???"

"Tanggung jawab lu..."

Kenapa gua yang jadi disorakin, yak? Kan gua gak ada peran buat ngomporin. Hahahaha πŸ˜’.

Pas udah di luar, gua langsung disuruh duduk di sebelah Pak Fulki.

"Kamu tadi ngapain Ginting? Saya dengar tadi Ginting ngamuk-ngamuk sampai lari keluar sekolah. Sampe tadi katanya dia nendang tong sampah, sambil teriak-teriak gitu di lorong. Habis diapain tadi sama kamu?" tanya Pak Fulki.

"Enggak, pak. Saya tadi gak gangguin dia. Orang, saya aja barusan bangun tidur dari belakang. Tau-tau ada yang rame di depan. Ya..., langsung pak saya terbangun terus saya ke depan. Pas saya di depan, tau-tau dia udah ngamuk pak sambil keluar kelas. Yang lain kan mau ngejar. Ya saya tahan sambil bilang, "jangan dikejar. Biarin aja dia ngamuk dulu sampe tenang". Pas udah mending, baru saya kejar dia, pak. Kebetulan di situ ada Sita sama Caca. Ya udah, saya minta tolong sama mereka buat nenangin dia." jelas gua panjang lebar.

"Jadi kamu gak ikut-ikutan?" tanya lagi soal Ginting.

"Enggak, pak. Itu aja saya kondisinya baru bangun." jawab gua.

Karena penasaran, Pak Fulki coba tanya orang yang pertama kali ganggu dia.

"Kamu tau siapa yang gangguin dia?"

"Thomas sama Ardiyan, pak."

"Panggil Thomas suruh ke sini."

Gua balik ke kelas, dan gua panggil Thomas buat menghadap Pak Fulki.

"Thom, dipanggil Pak Fulki." teriak gua.

Dengan tampang santai tanpa penuh salah, Thomas berdiri dan berjalan keluar kelas.

"Hayoooo lo Thom. Lu tadi ngapain Ginting???" saut satu kelas.

"Parah lu gangguin anak orang sampe ngamuk. Hahaha" lanjut saut satu kelas.

Sekian lama dari gua duduk kembali ke kursi gua, Thomas akhirnya balik lagi ke kelas.

"Lu tadi diapain Thom?" tanya salah anak di kelas.

"Cuman dibilang, "jangan diulangin ya". Udah gitu doang gua. Hehehe 😁" jawab Thomas santai.

Di situ gua merasa cukup geli sekaligus bingung. Ya...., lucu aja gitu ngeliat Ginting marah untuk pertama kalinya di depan muka gua. Wkwkwkw 😁. Tapi, gak gitu juga kali yak buat dia marah sampai ngamuk-ngamuk lari di lorong sekolah sambil nendang-nendang tong sampah. Mana ada yang dia mau loncat bunuh diri segala lagi dari lantai dua pula. Wkwkwkw 😁😁😁. Kan repotnya kalau sampe itu kejadian. Ujung-ujungnya, gua lagi yang kena sebagai ketua kelas. Parahnya lagi, Pak Fulki malah yang jadi wali kelas gua, harus bertanggung jawab gara-gara masalah sepele. Hadeeuuuu 😌. Nasib dah. HahahahπŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

Manusia Yang Pernah Bikin Anak Ornag Ngamuk
Sebelah Gue πŸ˜‹
Lalu..., ada lagi cerita yang ketiga. Mungkin ini jadi last story kali yak untuk yang bagian ini. Soalnya, gua juga agak bimbang mau gua ceritain atau enggak, karena gua udah kehabisan bahan. Hahaha. Tapi, berhubung ini tentang End Story SMA Hang Tuah versi gua, mungkin ada kala baiknya gua coba cerita sekaligus biar gua juga enggak gelisah.

Untuk cerita yang ketiga ini, adalah cerita dimana ada hubungannya dengan kegiatan kita setelah selesai UN. Yap, jalan-jalan. Jalan-jalan yang dimaksud di sini adalah pergi keluar kota dengan satu angkatan kelas 12, setelah mengalami perjuangan yang cukup melelahkan dalam menghadapi segala macam ujian di kelas 12. Ya..., walau nantinya dihadapkan lagi dengan SBMPTN atau Ujian Mandiri. Tapi, ini adalah salah satu langkah untuk melepas beban pikiran para siswa kelas 12 setelah berjuang selama 9 bulan untuk penghabisan.

Balik lagi ke inti cerita, untuk yang jalan-jalan ini banyak sekali siswa-siswi yang cukup antusias untuk kepo akan tujuan jalan-jalan kita nanti, termasuk gua pribadi. Tapi, dalam cerita ini bisa gua bilang cerita agak kelam kali yak. Hahaha (Sebenarnya, gak kelam-kelam juga sih.Hehehe πŸ˜‘). Tapi, akan gua ceritakan pelan-pelan. Begini ceritanya.

Sebelum kita menghadapi UN, angkatan gua udah sempat ngobrolin tentang kegiatan setelah UN. Kalau gak salah itu, persisnya di antara Januari atau Februari. Gua agak lupa. Waktu itu, seluruh angkatan 2015 disuruh ngumpul di aula HT buat ngobrolin masalah buku tahunan atau bts dan jalan-jalan. Untuk masalah bts ini, kita itu nentuin dari nama angkatan kita buat dibuku, serta konsep foto bts tiap kelas. Tujuannya untuk yang bts ini agar tema foto tiap kelas tidak ada yang sama alias berbeda sesuai kreativitas dan keinginan kita masing-masing tiap kelas. Lalu, untuk yang jalan-jalan ini dikomandoi oleh salah satu teman gua, yaitu Ahmad Sofi kalau gak salah. Lalu, ada Sita, Nuril, Jastin, Dini, sama sisanya gua agak lupa. Singkat cerita, mereka coba ajuin 3 tempat yaitu, Malang, Dieng, dan Jogja. Untuk kesepakatan tempatnya, masing-masing kelas akan diambil suaranya.

Ketika pas ada jam kosong, panitia bts datang ke kelas gua buat ambil suara. Ya..., walau gak semua sih. Cuman penanggung jawab yang ditunjuk aja tiap kelas. Mereka masuk kelas, mereka jelasin lagi ni tujuan mereka datang. Setelah dijelasin intinya, baru dilakukan vote. Vote, vote, vote, kelas gua sepakat buat jalan-jalan ke Malang. Selesai, panitia bts tadi keluar dan coba rembuk soal jalan-jalan. Untuk yang jalan-jalan ini, guru-guru yang bersangkutan juga tau. Jadi, gak ada masalah untuk kegiatan di luar sekolah. Kembali ke inti cerita, sekian lama mereka rembukan, akhirnya kita dikumpulin lagi di aula. Itu terjadi, kurang lebih sekitar 3-4 minggu sebelum UN.

Nah, yang yang bikin cukup emosional bagi diri gua adalah saat kesepakatan untuk jalan-jalan ke Malang itu, batal. Batalnya itu, salah satunya karena faktor biaya dan memang biaya yang cukup buat kita jalan-jalan itu paling rasional dan bener-bener paling mentok banget adalah cuman bisa ke Jogja. Saat itu, baru keluar masalah baru antara anak IPA dan anak IPS. Sebenarnya, untuk masalah IPA sama IPS ini, cuman masalah klasik sih kalo gua bilang. Ya..., you know lah kalau IPA itu isinya orang yang pinter, pendiem, ambisius, bahkan kalau nilai jelek atau semisal remed, ya bawaannya kayak udah kiamat gitu. Beda sama anak IPS yang ya...., sebaliknya lah dari anak IPA. Dan itu juga, biasanya anak IPA itu juga susah membaur sama anak IPS, walaupun IPS juga sudah berusaha buat ngerangkul IPA. Tapi, karena memang kodratnya angkatan gua bisa dibilang sebagai angkatan yang TIDAK TERSOLID, jadinya masalah ini menjadi tambah runyam. Puncaknya, ya masalah jalan-jalan ini. Gitu.

Terus, saat itu juga beberapa ada yang gak setuju kalau ke Jogja. Soalnya, kalau ke Jogja itu hiburannya  sangat mainstream. Paling sih kalau menurut mereka, jalannya ke Malioboro, Borobudur, Prambanan, ya... tempat yang paling sering dikunjungilah buat wisata anak sekolah semisal SD. Jadinya agak boring gitu buat mereka. Tapi, untuk masalah ini sih solusi alternatifnya adalah dicarikan tempat wisata yang anti mainstream. Jadi, perpisahannya tetap di Jogja tapi wisatanya yang beda. Itu tidak masalah buat mereka. Yang jadinya masalahnya adalah, yang tadi gua bilang. "TIDAK SOLID". Dan ini problem paling runyam sekaligus konyol kalau kata gua.

Kalau dari sisi gua pribadi, dulu gua menilai kalau anak IPA itu kalau mau perpisahan gak usah jauh-jauh ke Jogja. Paling mentok, ya Puncak Bogor lah. Itu juga kan, udah murah, biaya terjangkau, terus juga lumayan dekat, dan paling enggak bisa lah buat nyiapin SBMPTN. Itu kalau dari sisi pemikiran gua. Gak tau yang lain gimana. Tapi, yang anak IPS ini maunya mereka bisa membuat suatu memori perpisahan yang indah, luar biasa dan keren. Ditambah lagi, mereka mau ada kenangan manis gitu buat Hangtuah. Karena Hangtuah itu, gak cuman IPA sama IPS melainkan seluruh angkatan. Itulah mengapa anak IPS selalu coba untuk merangkul anak IPA. Walau, ya....., itu lumayan berat sih. Jadi, that's why gua bilang untuk masalah ini cuman masalah klasik gitu.

Hal ini yang akhirnya membuat guru-guru pada turun tangan buat nyelesain masalah ini. Ada dari Bu Lilis, Bu Ema, Bu Juwi, Bu Tri, dan masih banyak lagi guru-guru yang coba bantu untuk masalah ini. Mereka ingin, semua siswa angkatan 2015 ini bisa kompak dan satu suara untuk jalan-jalan. Mereka juga ingin, kalau angkatan 2015 itu bisa nunjukin ke adek-adek kelas mereka kalau mereka itu solid. Walau realitanya, it's difficult untuk mewujudkan impian itu.

Hingga akhirnya, satu persatu dari kami dipanggil ke depan buat coba untuk curahin apa yang jadi unek-unek dalam diri mereka. Entah itu yang dari yang IPS, dari yang IPA, semuanya coba mereka ceritakan. Sampai, waktu itu gua pernah ditunjuk sama Bu Tri buat maju untuk masalah ini.

"Coba Sule tu. Mau ngomong sesuatu dia. Maju sule, sini."

Sejujurnya, gua pribadi gak ada niatan buat maju ke depan dan berbicara sesuatu. Apalagi, soal masalah klasik ini, gua pribadi memilih netral dan tidak mau ikut campur secara berlebihan. Karena, menurut gua ini terlalu berat dan gua takutnya menyinggung semua pihak. Tapi, karena gua diminta dan I don't know what I can do if I refuse. Jadinya, gua coba buat sampein apa yang harus gua bilang.

Kalau gak salah, waktu itu gua ngomong seperti ini:

"Di sini mungkin gua mencoba untuk netral. Tidak berat ke IPA atau IPS. Dan juga, gua gak ada niat untuk bicara di depan seperti ini. Tapi, gua mau coba bilang apa yang bisa gua bilang. Apa yang dikatakan Sofi itu sebenarnya gak ada salahnya juga. Memang angkatan kita ini kurang solid. Mungkin gua mau coba ungkit soal masalah gebyar Hang Tuah waktu itu, dimana gua sama Diny hampir ribut soal masalah acara, biaya, dll. Ditambah lagi, dari gebyar Hang Tuah juga gua akuin acaranya berantakan, gak berjalan sesuai ekspetasi gua, dan memang saat itu acara kita bukan acara akbar Hang Tuah yang terbaik kalau menurut gua. Ditambah lagi, saat rapat pun juga kita gak bisa membaur satu sama lain. Yang IPA main sama IPA, yang IPS main sama IPS. Jadinya seperti yang gua bilang tadi. Gak ada yang bisa disalahkan soal itu kecuali kita senidir. It's okay lah itu masa lalu. Gak perlu gua ungkit karena percuma. Sekarang, apa yang harus kita lakukan di kelas 12 ini? Apakah kita terus seperti ini. Hidup berkubu kubu dimana yang IPA sama IPA, yang IPS sama IPS? Janganlah begitu. Coba kita solid sedikit. Kita tunjukkan ke adek adek kelas kita kalau kita bisa. Kita ini contoh loh buat junior kita. Jangan kalah sama kakak kelas kita yang kompaknya bukan main. Kita tu bisa gitu. Gak kaya gini."

Semua teman gua pada tepuk tangan sambil teriak teriak gara omongan gua di depan. Ya, gua gak tau omongan something bullshit apa yang gua sampein. Tapi, memang seperti itu realitanya.

"Gua berharap sih, untuk momen jalan-jalan ini jangan sampe ada yang gak ikut. Kecuali klo emang gak bisa karena keperluan mendesak, gak papa. Tapi, gua harap satu angkatan kita ikut semua. Kalau perlu, gurunya juga ikut. Kita buat kenangan manis untuk angkatan kita." tutup gua dengan statement yang cukup Bullshit. Hahaha. Ada juga, dari guru pun ikut menyampaikan sesuatu terkait kondisi memprihatinkan tentang angkatan kita, terutama dari Bu Lilis yang cukup emosional.

"Ibu sedih ngeliat kalian kok gak kompak gini. Ibaratnya, kalian itu masuk bareng, sakit bareng, susah bareng, senang bareng, ketawa bareng, masa untuk yang ini aja kalian gak kompak. Ibu cukup sedih." kata Bu Lilis sampai nangis. Dari situ, kita akhirnya tergugah hatinya dan sadar kalau umur kita di Hang Tuah itu, gak lama.

Hingga puncaknya, di akhir acara dzikir bersama kelas 12, kita dikumpulin lagi di aula dan dikasih tau total siswa yang ikut berapa.

"Total anak HT yang ikut jalan-jalan ke Jogja itu, sekitar 400 sekian. Kurang 7 orang untuk bisa jalan-jalan. Ayo, siapa lagi?" teriak Bu Lilis.

"Ini kalau 7 orang gak ada, kita batal lo." kata Sofi atau siapa gitu.

Dibantu anak IPS, mereka juga teriak buat minta support satu angkatan.

"SIAPA LAGI YANG MAU IKUT ???"

"AYO DONG!!! JANGAN SAMPE BATAL NI!!!"

"AYO DONG IKUT!!! YANG IPA COBA BANTU TEMANNYA!!!"

Dari Yesi, Chae, Otul, Oyong, Tosa, Cecep, hingga terakhir, Eva pada ngacungin tangan semua. And finally...

"HANGTUAH ANGKATAN 2015, JALAN-JALAN KE JOGJA...." teriak Bu Lilis senang. Akhirnya semua angkatan riuh, ricuh, senangnya bukan main karena jadi jalan-jalan ke Jogja. Hehehe 😁.

Inilah Mereka 😁 (Source foto : WA Ginting)

Kalau gua bagaimana?

Apakah gua ikut dalam barisan itu?

Hehehe😁

Sebenarnya, ini bagian yang agak kelam untuk gua. Wkwkwk πŸ˜„.

Apakah gua ikut dalam barisan yang senang itu? Maka jawabannya....

ENGGAK.

HAHAHAHAπŸ˜†πŸ˜†πŸ˜† ( DIH πŸ˜’ )

Gua gak ikut itu karena suatu alasan. Hahaha 😁 (Bocah lucknutπŸ˜…. Dia yang ngajakin, dia yang semangatin, dia juga yang gak ikut. Awkwkwkw πŸ˜…. Lucknut πŸ˜‘ )

Alasan gua gak ikut ke Jogja waktu itu, agak sepele sih. Itu karena....., waktu itu sekolah gak buatin surat terkait pergi jalan-jalan habis UN. Dan, dikira bokap gua itu kita malah jalan-jalannya bukan atas nama sekolah. Padahal, sekolah juga yang bantu yak buat masalah ini. Hahaha. Alhasil, bokap gua sama Pak Fulki sempat debat masalah ini hingga jadinya, gua diminta batalin karena gak ada surat resmi. Hahaha. Gua yang ngajakin mereka, gua yang semangatin mereka, gua yang dorong mereka buat ikut, malah guanya yang gak jadi ikut  WKWKWKWKWKWK πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†. Mana dikira, gua gak ikut gara-gara mau ngelamar teman satu kelas gua. Hahaha πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„. Bocah geblek. Hahahah😁 ( Emang sebegitu bullshitnya gua sampe kejadian kayak gini. Hahaha πŸ˜‘ )

Alhasil, disaat mereka liburan dengan bahagia, happy, dan juga ceria, gua mah apa atuh yang liburannya malah ke Bandung, ke kondangan Om gua. Hahahah. Disaat yang lain foto-foto di Merapi, Goa yang terkenal di iklan, pose di Malioboro rame-rame, gua malah foto ama keluarga gua di hotel Trans Bandung. Wkwkwk. Dan gobloknya lagi, gua malah minta foto ama artis di sono. Kan norak ya. Hahahaha πŸ˜… .Tapi gak papa. Anggap itu cerita seru dari gua. HahahaπŸ˜…. Ya..., walau kadang suram  campur sedih bagi gua. Hahaha. (Bocah pe'a πŸ˜‘).

Hang Tuah 2015 Road To Jogja (Tanpa Gue πŸ˜₯)
(Source : WA Ginting)
DP BBM Gue Yang Ngenes Dulu, Mencoba Menghibur Diri πŸ˜„
(Anggap aja yang foto mereka ke Jogja itu GUE DARI JAUH πŸ˜…)
Dan, masih banyak lagi keseruan keseruan yang gak bisa gua lupain selama gua 3 tahun di SMA Hang Tuah 1 Jakarta. Ada cerita teman gua kelas X-B, si Item a.k.a Hafidz yang pernah bawa motor ke lapangan sekolah sampe ngendaraian di lorong sekolah. Terus, teman gua si Riski Gendut anak IPS yang dimusuhin gara-gara gak ikut rapat angkatan perpisahan. Ada lagi cerita Cecep diguyur Bu Ema gara-gara tidur. Terus, anak IPS kalau ketemu pelajaran Bu Juwi harus lari keliling lapangan biar gak ngantuk pas pelajaran MTK. Dan yang paling tidak pernah terlupakan, kalau PM telat masuk, dijemur di lapangan sampe diliatin adek kelas. Hahaha. Terlalu banyak cerita yang gak bisa gua ceritain di blog ini.

HAHAHA 😁😁😁

Lalu, bagaimana dengan gua pribadi?

Apa ada cerita yang gak bisa gua lupakan?

Paling sih, dulu gua pernah dihukum bersihin sampah gara-gara telat masuk kelas karena habis nyelesain dagangan di sekolah. Hahaha. Maklum, saat itu gua jualan donat sekaligus belajar usaha. Hahaha. Ya..., itung-itung kurangin beban orang tua dalam duit jajan. Hahaha. Sama, gua pernah sempat drop gara-gara sekolah ngelarang gua buat jualan makanan. Padahal, guru-guru sangat mendukung banget siswa-siswinya untuk wirausaha walaupun itu cuman sekelas makanan. Hahaha. Dan, masih banyak lagi cerita tak terlupakan dari gua yang lumayan banyak kalau gua ceritakan. Hahaha.

Ya..., bagaimanapun juga masa-masa kelas 12 itu, cukup unik, cukup asyik, cukup aneh, bahkan banyak cerita-cerita yang gak kalah seru dari kelas 10 hingga kelas 11. Walaupun banyak cerita gaje ataupun cerita-cerita yang susah dicerna di otak, bagi gua pribadi itu adalah cerita versi gua yang banyak gua lalui selama di Hang Tuah. Sekaligus juga, mengakhiri cerita HISTORICAL ABOUT SMA HANG TUAH gua yang cukup panjang. Hehehe 😊

Oh ya, masih ada dua cerita lagi yang bisa gua ceritakan. Ini terkait cerita gua dengan salah satu teman gua yang orang bilang kita kayak ade kakak padahal bukan, dan satu lagi cerita yang........................................................................, ya gitu deh. Hahaha. Jadi, stay tune dulu aja dan istirahat sejenak πŸ˜‰

(Pengarangnya belum selesai bikin cerita. Masih nyusun sekalian minta ijin publish cerita ama yang mpunya 😁. Sabar ya πŸ˜…)

GINTING, SIAPA DIA??? 

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger