GINTING, SIAPA DIA?
Bicara soal Ginting, di cerita ini gua akan menceritakan secara spesifik tentang siapa dia, dan se-spesial apakah hubungan gua sama dia. Gak hanya itu doang, sesuai janji gua sebelumnya gua akan menceritakan tentang "Why this people is so unique?" tidak hanya di lingkungan SMA Hang Tuah, melainkan hampir mewakili seluruh kehidupan alam semesta yang besarnya seluas 7 lautan, dengan luas = panjang x lebar x tinggi x sisi miring dan seterusnya. Semuanya akan gua ceritakan. Hohoho. Tapi, mungkin gua agak lebih confident kali ya kalau gua ceritain sekitar.......... tentang kehidupan gua sama dia selama di HT ini. Hohohoho.
Kita mulai......
Ini dia π |
Kalau misal, ada pertanyaan semacam gini ke gua.
"Seberapa spesial sih, hubungan lu sama Ginting?"
Ya, jawabannya sih....., gak terlalu spesial banget lah. Hahaha π
. Maksudnya, hubungan gua sama Ginting itu ya...., sebatas teman main musik aja di kelas. Kadang, kalau kita ada waktu kosong gitu atau memang udah masuk pelajaran musik, kita berdua itu suka lah namanya main musik. Apalagi, Ginting itu kan untuk main gitarnya lumayan jago. Jadinya, gua juga belajar dari dia tentang gitar. Apalagi, untuk ujian praktek seni musiknya juga kan, dia juga satu kelompok sama gua. Dan juga, kita berdua yang aransemen lagu ujian praktek hingga hasil nilai prakteknya lumayan baik. Jadinya, kita berdua kerjasama gitu kalau dalam urusan musik. Hahaha π. Duh, jadi nostalgia gue. Hahaha π
(Tisu.....,tisu.... πππ).
Terus, dia ini paling terkenal dengan dua hal kalau di kehidupan dia. Yaitu pensil kecil dan juga daya ingat dia itu paling luar biasa amazing. Untuk yang pensil ini, dia memang tiap hari kalau kemana mana itu mainin pensil. Gak masuk, gak belajar, gak pulang, pokoknya di tangannya itu selalu megang pensil. Bahkan, pensil sampai se jari kelingking pun tetap dimainin. Kerja kelompok pun juga demikian. Kalau lagi rapat buat HTIF atau gebyar pun, juga sama. Pokoknya, dia itu udah macam bapaknya para pensil gitu. Hahaha. Pensil paling awet dan always available cuman dia doang yang punya. Jarang sekali pensil dia itu hilang dari mata. Hahahah. Pokoknya #antihilangpensilclub. Hohoho. Lalu, soal daya ingat. Gua akuin kalau soal menghapal itu dia yang paling kuat. Dulu waktu pelajaran Pak Koko soal menghapal Ayat Quran maupun surah, Ginting paling cepat hapal.Tapi, yang membuat gua cukup heran bahkan seisi Hang Tuah juga heran, adalah dia paling cepat mengingat plat nomor kendaraan setiap orang.
Untuk plat nomor kendaraan ini, hampir semua plat nomor dia hapal. Baik itu motor atau mobil, hapal semua. Kecuali kapal, pesawat ama kereta, dia gak hapal. Soalnya, gak ada platnya. Heheheh (Ye..., lucu lu bujank π). Dia juga hapal detail platnya komplit tanpa ada yang salah. Misal gini,
"Ting, plat nomor gua berapa ting?"
"E...., plat nomor Farhan. B 1234 XYZ"
"Anjir. Bener."
Atau seperti ini,
"Ting, kalau plat nomor Bu Juwita berapa ting?"
"Bu Juwita...., B 7890 ABC."
"Benar gak bu?"
"Eh iya. Kok bisa benar ya???"
Hampir semua plat, dia hapal. Gua sendiri juga kaget kalau plat nomor motor gua atau plat nomor motor emak gua, juga dihapal ama dia. Gua dalam hati bilang, "Wah..., bukan manusia ni anak.". Wakakaka π
. Gua sempat penasaran gitu, gimana caranya dia tahu semua plat nomor itu. Ternyata π§π§π§, dia setiap istirahat atau setiap pulang sekolah, selalu nunggu di parkiran motor sekolah. Dia liatiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnn itu semua plat nomor. Mulai dari mobil, motor, truk, kopaja, metromini, Transjakarta, KRL, Garuda, Lion Air, MRT, semua dipantengin ama dia. Bahkan, yang bawa kendaraannya pun juga dipantengin. Gua bilang lagi dalam hati, "Pantesan dia hapal semua plat nomor. La orang tiap hari nongkrong di situ. Gimana gak hapal.". Hahahaha π. Gua bayangin, ni orang kayaknya kalo jadi tukang parkir bakal paling nakutin gitu. Lu gak bayar hari ini, besoknya dikejar terus lu ampe ke rumah. Hahahaha πππ (Ampun Ginting πππ). Belum lagi lu nyuri motor orang di depan dia, besoknya bisa ketangkep gara-gara dia hapal plat nomornya sama mukanya . Gimana gak modar hidup lu coba. Hahahahaπ
(Piece ya Ginting π).
Tapi, dibalik itu semua dia juga punya suatu kekurangan. Ya kekurangannya sih, ya....... gitu. Hahaha π. Gak bisa gua ceritain kalau soal itu. Gua takut jadi aib dan jatuhnya yang enggak-enggak. Jadi, untuk hal yang ini gua musti bilang sorry, karena gua keepπ. Tapi yang jelas, dia ini adalah orang yamg cukup unik dan berkesan terutama bagi SMA Hang Tuah sendiri.
Terus..., apa lagi ya yang bisa gua ceritain tentang Ginting?
Oh, tentang statement gua yang terakhir. Banyak orang bilang, kalau gua ama Ginting itu udah kayak adek abang. That's true???
Hahaha, sebenarnya enggak juga sih. Gua ama dia juga hidupnya beda alam. Hahahahπ (Maksudnya gua di alam Cipulir, dianya di alam Kreo. Gitu. Tempat tinggalnya gitu loh maksudnya. Huhuhu ππππ ). Tapi, yang kadang buat orang selalu bilang kalau gua ama dia adek kakak itu, ya karena kita kalau ngapa-ngapain ya berduaan mulu. Hahahaπ . Ada yang bilang gua agak mirip lah ama dia. Entah kelakukannya kah, keseharian gua kah, atau apa, masa bodo lah kalau gua bilang. Hahahah. Tapi, berkat adanya dia, gua bisa bikin cerita ini. Hahaha (Cieeeeeeπππ . Hahahahaπππ *hashuu).
Lalu, bagaimana gua bisa kenal Ginting?
Gua kenal Ginting itu, sekitar kelas 10 kalau gak salah. Pas pendalaman materi, setiap hari sabtu, dia seinget gua itu yang paling gampang namanya di hapal. Gua juga agak lupa soal itu. Untuk seterusnya, gua mulai dekat sama dia itu ketika kelas 11 pas ada event perkumpulan pelajar se Jakarta Selatan. Namanya itu PWI (Pembelajaran Wawasan dan Intelektual) di Puncak Bogor selama 3 hari. Di situ, gua sama dia ditunjuk sebagai perwakilan untuk mengikuti event tersebut bersama sekolah lainnya di sana. Setelah itu kita kerja bareng di event HTIF 2014. Dan terakhir, ya itu. Satu kelas di kelas 12. That's it sih simpelnya. Cuman, selama gua kenal dia itu dia juga terkadang ada beberapa something masalah ya, yang membuat gua juga mau bantu dia buat keluar dari masalah itu. Gitu.
Tapi gak juga sih. Hahaha. Gua ngarang kok yang tadi. Hahahaha (Sianying π). Tapi terkait dengan bagaimana akrabnya gua sama dia ini, ada berbagai cerita.
Yang pertama itu ketika kita berdua bersihin kelas kita yang baru karena ada sesuatu. Ceritanya gini.
Setelah hampir kira-kira 2 bulan kali ya, pasca menjadi jawara lomba kebersihan kelas SMA Hang Tuah 1 Jakarta (bahasamu nak, berasa kayak jawara smackdown. Hahahaπ), kelas gua yang baru ini mulai dapat masalah. Masalahnya itu bukan masalah cinta, berantem, patah hati, bunuh diri, hingga teror misteri. Enggak. Kalau misal yang gua sebutin tadi terjadi di kelas gua waktu itu, bisa mendadak gila satu sekolah dan jadi horor ceritanya. Hahahaπ . Masalah yang gua maksud di sini adalah masalah kebersihan kelas. Setelah kita cukup lama menghuni kelas kita yang satu ini, perubahan yang terjadi pada kelas XII IPA 1 itu, cukup begitu parah. Ada yang lantainya gak seputih dan sebening bihun lichinnnn, tempelan wish atau cita-cita kita buat SNMPTN atau masuk Militer/ Kedinasan mulai hilang-hilangan, bau kelasnya udah bau kandang bandot kayak mau lebaran kurban,.......
( + Bentar. Ni kok sugesti kelas lu jadi mendadak horor begini ya?)
( - Horor gimana jadinya?)
( + Lah itu, lantai gak kayak bihun, kelas bau bandot, kan horor ceritanya.)
( - Oh, itu biar lucu atau rame aja. Gua lagi bingung mau ngelawak kayak gimana. Udah gak ada yang lucu lagi wey -_-)
( + Oh, yo wis lah. Hahaha. Yang penting gak horor. Hahaha.)
( - Oke bro. Paling ada cerita kain-kain putih bro. Hahaha. )
......, terus ada kain kain putih yang loncat loncat beterbangan (Nah loh. Tu dia. Hahahaπππ. *ehketawadong.biarberasalucugitukek.yayaya π), intinya kelas gua udah berasa kayak kapal pecah. Benar-benar beda 360 derajat (kalau 360 derajat, balik lagi lah BODOH π). Eh, maksudnya 180 derajat. Hahahah (KUPUKUL JUGA KAOW NI π). Jadinya, kelas gua itu bener-bener udah gak sebersih dulu ketika kita bersihin di lomba kebersihan saat itu. Pas pelajaran Bahasa Indonesia saat itu, guru Bahasa gua yaitu Bu Ria masuk kelas gua.
"Kok kelasnya kotor gini???" kata Bu Ria.
"Iya bu maaf bu. Belum sempat diberesin sama kita". kata salah satu teman gua.
Akhirnya Bu Ria tetap masuk, dan duduk untuk mulai pelajaran. Sebelum mulai itu, Bu Ria seinget gua kasih warning soal kondisi kelas kita.
"Oh ya, Ibu ada info buat kalian. Sebelumnya, udah di kasih tau belum sama wali kelas kalian kalau Jumat ada yang datang ?" tanya Bu Ria.
"Belum bu." Jawab kami serempak.
"Emang Jumat ada apaan bu?"
"Ini, apa. Kebetulan Jumat itu ada yang mau datang ke sekolah kita. Tim survei akreditasi sekolah. Dia datang mau menilai sekolah kita. Nanti dia datang ke kelas kelas buat ngeliat sistem pengajarannya bagaimana, kebersihan kelasnya bagaimana, lalu lingkungannya bagaimana. Itu nanti ngaruh ke penilain sekolah kita. Kalau misalnya kelasnya kotor kayak gini, sampah dimana mana, lantainya kotor, terus laci atau kolong meja kalian ada sampah, yang ada akreditasi sekolah kita malah turun karena kebersihan. Jadi, ibu mohon kerjasamanya dari teman-teman semua buat jaga kebersihan kelas. Biar nanti, yang ngawas juga agak enak ngeliatnya. Nyaman dan sekolah kita dipandang jadi sekolah yang terbaik." jelas Bu Ria sebelum mulai pelajaran.
Mendengar pernyataan Bu Ria, secara realistis sih bagi gua juga cukup worry banget sama kondisi kelas XII IPA 1. Apalagi, posisi gua sebagai ketua kelas plus kelas gua dapat predikat juara lomba kebersihan terbaik se SMA Hang Tuah 1 Jakarta, maka mau gak mau gua juga harus turun tangan soal ginian. Tapi, untuk menyelesaikan masalah kebersihan, yang pasti gua bisa kerja sendiri. Tapi, gak etis lah kalau gak ada yang bantuin gua. Di situlah gua kepikiran untuk ngajak Ginting buat bantuin gua. Ya..., hitung hitung sharing kebaikan lah. Hahaha.
"Ting ting. Habis pulang sekolah, kosong gak?"
"Em..., kosong sih le. Kenapa?"
"Bantuin gua yuk beresin kelas."
"Beresin kelas?"
"Iya. Kita berdua aja."
"Em..., oke le."
Deal, gua sama Ginting siap beresin kelas untuk keperluan besok. Oh ya, alasan gua waktu itu milih hanya Ginting karena, hanya dia orang satu-satunya yang gua bisa ajak untuk hal semacam ini. Selain itu, dia juga punya banyak waktu kosong dan dia bisa gua suruh-suruh untuk apapun. Hahahah. Tapi, dalam hal ini, disuruh untuk kebaikan bersama. Yuhuuuu.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, kita mulai tugas kita berdua. Tugas Ginting sangat simpel waktu itu. Gua cuman minta tolong dia untuk ngecek di beberapa kamar mandi, apakah ada pel lantai atau enggak. Sementara gua, gua balik sebentar untuk ngambil obeng plat yang nantinya digunakan untuk ngeruk lantai yang lengket dengan karet. Setelah kondisi kelas udah mulai sepi, gua sama Ginting mulai beres-beres. Ginting bertugas angkat bangku, sementara gua membersihkan sampah di laci. Setelah beres semuanya, kita nyapu seluruh lantai sekaligus membersihkan lantai yang lengket dengan obeng plat. Terakhir, kita pel seluruh lantai dengan sisa pewangi lantai hingga kelas terlihat harum dan cukup wangi. Dan sebelum kita pulang, gua sempat abadikan foto ruangan kelas tersebut untuk menunjukkan kalau kelas kita siap kedatangan tamu. Yeayyy.
Hari esoknya, tepatnya hari Jumat, kondisi kelas cukup berbeda. Ruangan serba bersih, lantai bening, dan suasana kelasnya lumayan sejuk. Yang membuat gua cukup merasa terkesan adalah, saat beberapa teman gua cukup takjub and SPEECHLESS dengan apa yang merka rasakan saat itu.
"Wow..., kelasnya bersih banget. Siapa yang bersihin ni???"
"Bersih banget. Tumben."
Dan, salah satu komentar guru Bahasa Indonesia gua, yaitu Bu Ria saat masuk ke kelas untuk ngajar kembali adalah...
"Wow. Bersih sekali kelasnya. Beda dengan yang kemaren. Luar biasa."
Ketika di tanya seperti ini....
Maka jawabannya adalah....
Hahahah πππ
I'm so SPEECHLESS π. Ya walau ada gua juga sih yang ikut. Tapi bodo ah. Males gua. Hahahah (Lah π. Ngambek π).
Selanjutnya, cerita apa lagi ya.
Oh, cerita tentang teman musik. Mungkin ini cukup menarik ya kalau dibahas ya. Tentang kenapa dia jadi teman musik gua. Untuk teman musik ini, ceritanya gua bagi dua versi. Versi pertama itu cerita pas HTIF, dan cerita kedua adalah ketika ujian praktik. Gua mulai dari yang versi HTIF dulu.
Kalau cerita versi HTIF, gua sempat ingin yang namanya mempersembahkan penampilan terakhir di ujung acara HTIF. Gua pikir, "keren juga kali ya kalau acara HTIF ini, ada penutupan yang WOW dan SPEKTAKULAH. Jadi, acara gua gak terlalu garing-garing amat. Hahaha.". Setelah gua pikir, boleh juga tu ide gua. Cuman masalahnya, siapa orang yang bisa bantu gua. Waktu itu gua ingin sekali kalau penutupannya itu ada acara musik dari tim HTIF. Mungkin kalau dari sisi gua, gua untuk nyanyi ya...., gak jelek jelek amat sih. Hahaha π . Cuman, gua mikir kalau misal gak ada musik yang ngiringin gua nyanyi, pastinya agak hambar. Ditambah lagi, gua juga gak bisa main gitar. Jadinya, gua cari teman dekat gua yang bisa main gitar. Waktu itu, secara gak sengaja gua ngeliat Ginting main gitar. Entah persisnya kapan, yang jelas gua liat dia lagi asik main gitar ama yang lain. Setelah gua pikir lagi, "bisa kali ya?". Nah, next day-nya, entah kapan juga itu, gua juga lupa, gua ngobrol sama Ginting. Kebetulan Ginting di tim HTIF gua, jadinya gua bisa bicarain soal masalah keinginan gua.
"Ting, ting. Lu bisa main gitar ya?"
"Main gitar? Bisa le. Kenapa?"
"Nah. Kebetulan gini ting. Kan untuk acara HTIF ini, gua ada ide untuk memberikan penampilan yang agak wah gitu. Artinya, gua mau penutupannya itu lumayan keren. Nah, di penutupannya itu gua mau bawain lagu. Tapi, gua gak bisa main musik. Kebetulan lu bisa main gitar, lu mau gak duet ama gua?"
"Main di acara HTIF?"
"Iya."
"Lu minta gua main gitar?"
"Iya."
"Nanti pas HTIF, gue duet ama elu?"
"Iya, ting. Nanti gua yang nyanyi, lu yang main gitar. Bisa kan?"
"Gua yang main gitar? Di HTIF? Emm...., bisa le, bisa le."
Mendengar jawaban Ginting, gua jadi semangat untuk melakukan hal tersebut dan langsung mencari lagu yang bisa gua bawain di closing HTIF. Setelah gua cari lagu yang lumayan enak dan masih ada hubungannya dengat event HTIF, akhirnya gua latihan ama Ginting. Lagu yang gua bawain yaitu Kebesaran-Mu dari ST 12 dan Surga-Mu dari Ungu.
"Ting. Ayo latihan." ajak gua setelah acara berakhir.
"E..., gitarnya pake punya siapa?" tanya Ginting.
"Pinjam aja ama Pak Yakin." kata gua.
Ginting pinjam gitar Pak Yakin. Setelah Ginting dapat gitarnya, kita berdua mulai latihan nyanyi sekaligus sesuain nada bermain. Gua nyanyi, dia yang genjreng. Gua nyanyi, dia genjreng. Gua nyanyi, dia genjreng. Dan seterusnya, sampai kita bener-bener klop buat tampil.
Tepat puncak acara, yaitu hari Jum'at tanggal 23 Mei 2014 (Alhamdulillah gua masih inget π), gua sama Ginting akhirnya tampil sebagai penutup acara lomba. Kebetulan saat itu, lomba marawis adalah lomba terakhir di HTIF hari terakhir dan pesertanya cuman dua tim ππ (Sebenarnya ada tiga, cuman yang satu ngundurin karena bla bla bla, jadinya jalan aja deh acara π ), mau gak mau acara tetap harus jalan sesuai rundown. Huhuhu. Nah, sebelum acara dimulai seperti biasa MC bawain susunan acara. Karena juga MC-nya lagi ada acara, mau gak mau gua yang harus jadi MC dadakan. Dan lagi, ketika gua umumin sebelum acara, disitu gua........., jadi bego sekejap π
"Sebelum lomba marawis kita mulai, kita saksikan penampilan musik dari musisi HTIF yaitu Sulaiman dan juga Ginting..."
Dalam hati gua,
"Kok gua berasa bego bego bloon yak. Gua yang MC, gua yang manggil penyanyi, dan gua juga yang nyanyi. Haalahhhhh..........."
Akhirnya kita berdua nyanyi (walau gua berasa malu malu bego akibat tadi π), dan pas mau mulai itu...., gua lupa lirik. Hahahaha....
Lagu yang pertama....
πΆπΈJreng, jreng, jreng...
πΆπ₯Dum, dum, dum, tas...
............................................................
Eh sorry. Gua lupa liriknya
(YAHHHHHHHH..................................)
Lagu yang kedua......
πΆπΈJreng, jreng, jreng...
πΆπ₯ Dum, dum, dum, tas...
πΆ Kau/tempatku mengadu/ha...ti......//
πΆ Mem...beri segala hidup...//
πΆ Li...hat di langit/ na... na... na... na....//
...........................
Eh eh. Bentar. Liriknya gua lupa
(YA ALLAH SULE..........)
(LE.........., LE. MALU MALUIN GUA AJA LU...)
(MALU GUA LE, MALU......)
(HAHAHAHA)
Hingga akhirnya yang ketiga, gua terpaksa pake lirik dari Internet. Hahahahaπ . Pe'a ya gua.
Akibat dari kelakuan tadi, ya.... mau gak mau gua harus menanggung malu. Hahahaπ. Ditambah lagi, rasa malu gua makin menjadi jadi, karena gua gak cuman tampil di depan teman melainkan di depan tamu dan gua nyanyinya pake mic mushola. Otomatis, YA KEDENGARAN LAH SUARA GUA AMPE LUAR. WAKAKAKAKA πππ. AMPE SEMUA ORANG TAU KALAU YANG NYANYI ITU GUA. WAKAKAKπππ (HANJIR, GAK TAU MALU NI BOCAH π). Ya..., walau akhirnya juga ditutup dengan kejadian yang gak lucu sih. Tapi, enggak ah. Gua gak mau ceritain. Hahaha π .
(Padahal di kertas udah gua tulis panjang lebar loh π )
Itu tadi cerita versi yang HTIF. Untuk cerita yang versi ujian praktik ini, adalah bagaimana gua sama Ginting bisa sukses ujian praktik.
(Eh, gimana gimana? Gak paham gue bahasa elu π).
Jadi, di kelas 12 itu, cerita teman musik gua berlanjut. Kebetulan, Ginting satu kelas sama gua. Walau orang bilang, "Cieeee....., adek abang satu kelas.", "Cieee.....", gua dalam hati," Bodo ah lu mau bilang gua ape kek. Orang gua ama dia aja lahirnya beda rahim.". Hahahah (Piss ya Ginting. Muah Muahπππ. Hahahaπ ). Kembali ke cerita teman musik, saat itu guru musik gua yaitu Pak Yakin, minta kita semua bentuk kelompok musik. Salah satu diantaranya harus bisa main musik. Gua sempat bingung mau satu kelompok sama siapa. Kalau gua sekelompok sama Denny dan Iytsar, gua agak canggung. Kalau gua sekelompok sama Cecep, Tosa dan Oyong, malah jadi males gua. Oh ya, btw selain bentuk kelompok itu, ada tugas lagi dari Pak Yakin. Tugasnya itu adalah bikin lagu juga. Entah itu mau lagu bentuk mash up atau karangan sendiri, dipersilahkan. Jadinya, gua berpikir kalau gua harus benar-benar dapat teman yang paham banget soal keduanya.
Gua teringet sama satu orang yang bisa gua andalin. Dan, orang itu adalah.
Jeng-jeng,
(Wakakaka π. Udah kek ah. Kasian lu anak orangπ).
Ginting bisa gue bilang adalah lucky boy buat gua. Kenapa? Untuk urusn teman musik, gua gak ragu akan kemampuan dia dalam bermain gitar. Ditambah lagi, gua pernah duet sama dia waktu acara HTIF, jadinya gua berpikir kalau Ginting bisa jadi cocok buat gua jadiin teman musik. Ya..., walau itu gua sempat berpikir kalau gua bisa sekelas sama dia karena takdir Illahi atau apalah itu, tapi yang jelas gua beruntung punya teman sekelas kayak Ginting (CIEEEEEEEEEEEEEEπππ *HUSπ!).
Gua coba samperin Ginting buat ngomong masalah ini.
"Ting, udah dapet kelompok belum?"
"Belum le. Kenapa?"
"Satu kelompok sama gua yuk? Kita berdua aja."
"Sekelompok sama lu? Boleh le."
Akhirnya gua dapat teman kelompok musik, dan selanjutnya gua sama Ginting bicarakan soal bikin lagu. Kebetulan, lagu yang kita bikin ini nantinya akan dijadikan sebagai tugas ujian praktik seni musik di akhir. Jadinya, gua sama Ginting mencoba berbagai eksperimen tentang kedua hal tersebut.
Selama gua dan Ginting mencari-cari lirik lagu dan inspirasi lagu, kita berdua juga sering nyanyi bermacam-macam lagu di belakang kelas.
"Ting, ting. Coba lagu Peterpan dah." kata gua.
"Lagu yang mana le?" tanya Ginting.
"E..., lu tau ini gak ting. Yang buka dulu topengmu?" kata gua
"Itu gua gak tau kuncinya le..." kata Ginting lagi.
"Bentar. Gua coba cari dulu. Nah, ini ting." kata Gua sambil nunjukkin kunci gitarnya ke Ginting.
Kita coba main musik berdua, kita coba semua lagu yang bisa kita nyanyiin, secara gak sengaja, kita berdua membuat lagu mash up yang cukup unik. Kalau gak salah, lagu yang kita mash up itu adalah lagu Peterpan yang "BUKA DULU TOPENGMU", sama lagu Yovie and Nuno yang judulnya "JANJI SUCI". Lirik lagu yang kita bikin, kurang lebih seperti ini.
(πΆPake nada lagu Janji Suci - Yovie and Nuno)
π΅Dengarkanlah.../ Wanita Pujaanku...//
Malam ini akan kusampaikan...//
Hasrat Suci.../ Kepadamu/ De...wi...ku...//
Dengarkanlah kesungguhan ini...//π΅
π΅Aku... ingin.../ mempersuntingmu...//
Tuk yang pertama.../Dan terakhir...///π΅
(πΆPake nada lagu Buku Dulu Topengmu - Peterpan)
π΅Tapi buka dulu to...peng...mu.../ Buka dulu to...peng...mu...//
Biar kulihat wa...jahmu.../ Biar kulihat war...na...mu...///π΅
Terus, dan terus kita buat. Hingga akhirnya, kita berdua bisa nyanyi dengan lancar dan kompak.
Nah, keseruan kita dalam bermain musik ini gak cuman hanya sampe situ. Banyak juga kok teman-teman kita yang iseng-iseng ke belakang kelas untuk ikutan nyanyi dengan kita. Ya..., gak selalu lagu itu sih yang kita nyanyikan. Kadang lagu galau, kadang lagu happy, kadang lagu asing, pokoknya kita seru-seruan selama jam pelajaran musik. Hingga, kelompok gua bertambah dua orang lagi. Yaitu Iki dan juga Mira.
"Eh Sul, Sul. Gue boleh nanya gak?" tanya Iki.
"Nanya apaan?" tanya gua balik.
"Eng..., kelompok musik lu udah berapa orang?" tanya Iki lagi.
"Baru dua sih." jawab gua.
"Siapa aja le?" tanya Mira selanjutnya.
"Baru Gua sama Ginting doang." jawab gua. "Emang kenapa?" tanya gua kembali.
"Em...., eh. Gua boleh gak gabung kelompok sama elu?" tanya Iki minta ijin ke gua.
"Iya le. Boleh gak kita gabung kelompok lu nih?" tanya Mira juga menimpali pertanyaan Iki.
Gua sempat kaget dan sedikit bingung tentang keputusan mereka mau gabung di kelompok gua waktu itu. Tapi, daripada penasaran sih, gua coba tanya alasan mereka.
"Emang kenapa dengan kelompok lu sebelumnya? Bukannya, lu udah sekelompok ama Thomas sama Ardiyan?"
"Nah, itu dia le. Jadi tu, mereka susah buat diajak kerja kelompok untuk ginian. Terus, kita berdua kan ngeliat lu kayaknya serius banget nih main musik di belakang. Jadinya, kita mau join ke kelompok lu nih." jelas Iki tentang alasan di atas.
"Jadi gimana, le? Bolehkan?" tanya Mira memohon.
"Boleh le, boleh le. Plisssssssssss......." kata Iki ke gua.
"Boleh sih, boleh." jawab singkat.
Dan mereka pun akhirnya senang bisa join dengan kelompok musik gua.
"Yeaaay. Thank You Sule. Emang the best deh elo. Hahahaha." kata Iki sambil becanda dengan gua.
Dengan bertambahnya Iki dan Mira di kelompok gua, menambah warna tersendiri bagi kita dalam hal bermusik. Apalagi, dengan adanya mereka berdua di kelompok gua, kita juga lebih mudah dalam hal aransemen lagu untuk ujian praktik.
"Le, le. Coba lagu ini deh. Ini lagu yang udah gua buat pas kelas 11 buat lomba musikalisasi puisi."
"Ting, coba lu sesuain nada gitarnya deh. Ini gua ada rekamannya buat lu."
"Le. Untuk lagu yang lu nyanyiin kemarin. Gua ada ide nih. Untuk liriknya udah gua buat. Di coba dulu le nyanyiin."
Dan seterusnya. Kita terus latihan, latihan, dan terus bermain. Hal ini tentunya membuat kita semakin enjoy bermusik dan siap untuk menjalani ujian praktik musik di hari ujian praktik. Hingga ketika hari H, kita berempat bisa menjalani ujian praktik seni musik tersebut dengan membawakan aransemen lagu kita sendiri hingga semuanya berjalan lancar tanpa ada yang missing sedikit pun.
YEAAAAYYYY πππ!!!
Lalu..., apa lagi yang bisa gua ceritain tentang Ginting?
Oh, satu cerita lagi yang mungkin gak akan bisa gua lupain sampe kapanpun. Cerita dimana gua minta tolong dia bantuin gua buat nyari hadiah untuk seseorang. Seseorang ini adalah hal yang spesial dalam hidup gua. Hahaha. Tapi itu DOLO π . Gak tau deh sekarang. Hahahaπ . Untuk yang sesi seseorang ini, akan gua ceritain after that. Tapi yang jelas, Ginting adalah orang yang berjasa buat bantuin gua nyari hadiah untuk si seseorang ini. Gini ceritanya.
Waktu itu sekitar seminggu sebelum ulang tahunnya dia itu, gua sempat bingung mau ngasih si doi ni kado apaan. Kalau biasanya kan, ceweknya ulang tahun itu paling dikasih boneka, kue, atau apalah gitu. Nah, gua ini cukup bingung karena it's to general menurut gua. Saat itu dipikiran gua ada dua. Gua kasih bunga, atau gua kasih kesukaan dia. Setelah gua renungin, mungkin keduanya bisa. Dan plan gua adalah beliin kado dia yaitu buku novel, karena dia suka baca novel. Karena gua juga gak mau ngecewain dia untuk yang satu ini, alhasil gua minta tolong Ginting untuk bantu gua.
"Ting, lagi sibuk gak?" tanya gua.
"Sibuk? Enggak le." jawab dia.
"Temenin gua Dhuha yok Ting." ajak gua.
"Ayo le." kata dia lagi.
Sepanjang gua sama Ginting jalan ke Musola, gua coba ngobrol sama dia soal niatan gua tadi.
"Ting, kebetulan kan si **** kan minggu depan ulang tahun. Terus, gua pengen beliin dia itu buku novel yang bagus. Yang menarik buat dia lah. Tapi, gua bingung novel yang mana yang mau gua kasih. Lu mau bantuin gua gak untuk cariin dia novel yang bagus?"
"Novel buat si **** ? Yang bagus?"
"He eh."
"Em..., boleh sih. Kapan belinya?"
"Hari Jumat, ting. Di Gandaria. Kan sekalian nganter lu pulang juga. Dekat kan dari rumah lu?"
"Oh...., boleh sih."
"Tapi, Jum'at lu kosong kan?"
"Jum'at...? Kosong sih le kayaknya."
"Ohhh..., baguslah."
"Tapi Inshaa Allah le ya, kalau gua bisa, gua bantuin lu."
"Oke ting. Santai aja."
Akhirnya kita sepakat, dan gua prepare untuk hari Jumat.
Nah, pas Hari Jum'at, sepulang sekolah, gua sama Ginting jalan buat nyari kado untuk si doi di Gramedia Gandaria. Kebetulan dekat dengan rumahnya si Ginting, jadi alasan gua buat nyari hadiah doi di situ. Setelah kita masuk ke Gramedia, kita berdua mencar buat cari buku yang bagus.
"Ting. Kita bagi tugas. Lu nyari buku novel yang bagus di sana, terserah berapapun itu. Gua nyari buku novelnya di sini. Oke." kata gua sambil bagi tugas.
"Tapi, le. Gua gak tau mana yang bagus buat ****." kata Ginting ragu.
"Santai aja, nanti kita seleksi berdua. Woles aza." kata gua sambil nenangin dia.
"Woles. Oke le." kata Ginting.
Akhirnya kami berdua pergi cari novel yang bagus. Novel yang gua ingin cari itu, adalah novel yang romantic, ceritanya lumayan menarik, covernya bagus, dan yang penting si doi senang gitu hadiah dari gua. Setelah kita cari, cari, cari, akhirnya kita berdua dapat buku yang sesuai kriteria gua pengen.
"Gimana ting? Udah?" tanya gua.
"Udah ni, le. Tapi, gue gak tau mana yang bagus. Gue cuman ambil yang menurut gue paling bagus aja sesuai yang lu omongin." jelas dia.
Setelah dapat, kita berdua seleksi buku-buku yang kita ambil.
"Itu bagus. Itu enggak. Itu... bagus. Itu... skip. Itu bagus. Oke. Sekarang elu ting."
"Bagus. Enggak. Enggak. Bagus. Enggak."
Seperti itu kita seleksi bukunya, hingga kita berdua dapat buku yang menurut kita itu cocok sama kriteria kita. Seinget gua sih, novelnya itu kalau gak salah covernya warna pink, cuman gua agak lupa ama judulnya. But, forget it. Akhirnya gua bayar, dan misi selesai.
Sekitar hari selasa pas ulang tahun doi, gua kasih surprise hadiah itu, dan doi lumayan senang dari hadiah tersebut. Hehehe. Pas dia bilang makasih untuk kadonya, gua bilang, "Itu juga di bantu Ginting kok buat nyari gituan.". Si doi senang, dan gua cukup berterima kasih atas bantuan dia untuk hal tersebut.
YOWWWWWWW π
Jadi, itulah ending cerita keseruan gua sama Ginting selama 3 tahun di SMA Hang Tuah. Ya..., walaupun ceritanya gak lucu-lucu amatlah ya ama yang HT (sebenarnya yang HT juga gak ada yang lucu sih. Atau ceritanya GARING semua. Hahahah π), tapi banyak cerita yang bisa dibilang gua habiskan sama Ginting. Gua juga inget, dulu gua pernah nganter dia pulang ke rumah hingga akhirnya celana gua robek karena gua sok sok an mau belok kayak pembalap. Lalu, gua juga inget dia pernah di bilang "ALIEN" sama senior gua waktu rapat Gebyar Hang Tuah, "Wei, wei, Diem! Alien mau ngomong". Sampe, waktu gua mau latihan musik ama dia, si Ginting malah main setan-setanan atau penampakan apalah itu di ruang biologi, "ting, ting. Coba lu liat ke sana ting. Ada penampakan gak?". Pokoknya, aneh aneh aja itu cerita yang gua alamin. Hahahah π.
Tapi, terlepas dari situ gua sangat bersyukur bisa punya teman kayak dia. Satu-satunya teman unik, khas, dan jadi primadona untuk angkatan 2015 kita. Kalau gak ada dia, mungkin seperti ada yang kurang gitu ya. Hahahaha. Apalagi kan, dia unik karena bisa menghapal seratus plat nomor dan bisa menyebutkan tanpa salah sedikit pun. Pokoknya, de best dah dia. Hohohoho.
Selanjutnya,
Gua sebenarnya agak gimana ya mau ceritain yang satu ini, gitu. Ya percaya gak percaya sih, tapi lu harus percaya apa yang gua omongin setelah ini. Intinya, stay tune aja yak untuk the next storynya. Hohoho.
SULE? PERNAH PACARAN? AH MASAAAAAAA?
Oh, tentang statement gua yang terakhir. Banyak orang bilang, kalau gua ama Ginting itu udah kayak adek abang. That's true???
Hahaha, sebenarnya enggak juga sih. Gua ama dia juga hidupnya beda alam. Hahahahπ (Maksudnya gua di alam Cipulir, dianya di alam Kreo. Gitu. Tempat tinggalnya gitu loh maksudnya. Huhuhu ππππ ). Tapi, yang kadang buat orang selalu bilang kalau gua ama dia adek kakak itu, ya karena kita kalau ngapa-ngapain ya berduaan mulu. Hahahaπ . Ada yang bilang gua agak mirip lah ama dia. Entah kelakukannya kah, keseharian gua kah, atau apa, masa bodo lah kalau gua bilang. Hahahah. Tapi, berkat adanya dia, gua bisa bikin cerita ini. Hahaha (Cieeeeeeπππ . Hahahahaπππ *hashuu).
Lalu, bagaimana gua bisa kenal Ginting?
Gua kenal Ginting itu, sekitar kelas 10 kalau gak salah. Pas pendalaman materi, setiap hari sabtu, dia seinget gua itu yang paling gampang namanya di hapal. Gua juga agak lupa soal itu. Untuk seterusnya, gua mulai dekat sama dia itu ketika kelas 11 pas ada event perkumpulan pelajar se Jakarta Selatan. Namanya itu PWI (Pembelajaran Wawasan dan Intelektual) di Puncak Bogor selama 3 hari. Di situ, gua sama dia ditunjuk sebagai perwakilan untuk mengikuti event tersebut bersama sekolah lainnya di sana. Setelah itu kita kerja bareng di event HTIF 2014. Dan terakhir, ya itu. Satu kelas di kelas 12. That's it sih simpelnya. Cuman, selama gua kenal dia itu dia juga terkadang ada beberapa something masalah ya, yang membuat gua juga mau bantu dia buat keluar dari masalah itu. Gitu.
Tapi gak juga sih. Hahaha. Gua ngarang kok yang tadi. Hahahaha (Sianying π). Tapi terkait dengan bagaimana akrabnya gua sama dia ini, ada berbagai cerita.
Yang pertama itu ketika kita berdua bersihin kelas kita yang baru karena ada sesuatu. Ceritanya gini.
Setelah hampir kira-kira 2 bulan kali ya, pasca menjadi jawara lomba kebersihan kelas SMA Hang Tuah 1 Jakarta (bahasamu nak, berasa kayak jawara smackdown. Hahahaπ), kelas gua yang baru ini mulai dapat masalah. Masalahnya itu bukan masalah cinta, berantem, patah hati, bunuh diri, hingga teror misteri. Enggak. Kalau misal yang gua sebutin tadi terjadi di kelas gua waktu itu, bisa mendadak gila satu sekolah dan jadi horor ceritanya. Hahahaπ . Masalah yang gua maksud di sini adalah masalah kebersihan kelas. Setelah kita cukup lama menghuni kelas kita yang satu ini, perubahan yang terjadi pada kelas XII IPA 1 itu, cukup begitu parah. Ada yang lantainya gak seputih dan sebening bihun lichinnnn, tempelan wish atau cita-cita kita buat SNMPTN atau masuk Militer/ Kedinasan mulai hilang-hilangan, bau kelasnya udah bau kandang bandot kayak mau lebaran kurban,.......
( + Bentar. Ni kok sugesti kelas lu jadi mendadak horor begini ya?)
( - Horor gimana jadinya?)
( + Lah itu, lantai gak kayak bihun, kelas bau bandot, kan horor ceritanya.)
( - Oh, itu biar lucu atau rame aja. Gua lagi bingung mau ngelawak kayak gimana. Udah gak ada yang lucu lagi wey -_-)
( + Oh, yo wis lah. Hahaha. Yang penting gak horor. Hahaha.)
( - Oke bro. Paling ada cerita kain-kain putih bro. Hahaha. )
......, terus ada kain kain putih yang loncat loncat beterbangan (Nah loh. Tu dia. Hahahaπππ. *ehketawadong.biarberasalucugitukek.yayaya π), intinya kelas gua udah berasa kayak kapal pecah. Benar-benar beda 360 derajat (kalau 360 derajat, balik lagi lah BODOH π). Eh, maksudnya 180 derajat. Hahahah (KUPUKUL JUGA KAOW NI π). Jadinya, kelas gua itu bener-bener udah gak sebersih dulu ketika kita bersihin di lomba kebersihan saat itu. Pas pelajaran Bahasa Indonesia saat itu, guru Bahasa gua yaitu Bu Ria masuk kelas gua.
"Kok kelasnya kotor gini???" kata Bu Ria.
"Iya bu maaf bu. Belum sempat diberesin sama kita". kata salah satu teman gua.
Akhirnya Bu Ria tetap masuk, dan duduk untuk mulai pelajaran. Sebelum mulai itu, Bu Ria seinget gua kasih warning soal kondisi kelas kita.
"Oh ya, Ibu ada info buat kalian. Sebelumnya, udah di kasih tau belum sama wali kelas kalian kalau Jumat ada yang datang ?" tanya Bu Ria.
"Belum bu." Jawab kami serempak.
"Emang Jumat ada apaan bu?"
"Ini, apa. Kebetulan Jumat itu ada yang mau datang ke sekolah kita. Tim survei akreditasi sekolah. Dia datang mau menilai sekolah kita. Nanti dia datang ke kelas kelas buat ngeliat sistem pengajarannya bagaimana, kebersihan kelasnya bagaimana, lalu lingkungannya bagaimana. Itu nanti ngaruh ke penilain sekolah kita. Kalau misalnya kelasnya kotor kayak gini, sampah dimana mana, lantainya kotor, terus laci atau kolong meja kalian ada sampah, yang ada akreditasi sekolah kita malah turun karena kebersihan. Jadi, ibu mohon kerjasamanya dari teman-teman semua buat jaga kebersihan kelas. Biar nanti, yang ngawas juga agak enak ngeliatnya. Nyaman dan sekolah kita dipandang jadi sekolah yang terbaik." jelas Bu Ria sebelum mulai pelajaran.
Mendengar pernyataan Bu Ria, secara realistis sih bagi gua juga cukup worry banget sama kondisi kelas XII IPA 1. Apalagi, posisi gua sebagai ketua kelas plus kelas gua dapat predikat juara lomba kebersihan terbaik se SMA Hang Tuah 1 Jakarta, maka mau gak mau gua juga harus turun tangan soal ginian. Tapi, untuk menyelesaikan masalah kebersihan, yang pasti gua bisa kerja sendiri. Tapi, gak etis lah kalau gak ada yang bantuin gua. Di situlah gua kepikiran untuk ngajak Ginting buat bantuin gua. Ya..., hitung hitung sharing kebaikan lah. Hahaha.
"Ting ting. Habis pulang sekolah, kosong gak?"
"Em..., kosong sih le. Kenapa?"
"Bantuin gua yuk beresin kelas."
"Beresin kelas?"
"Iya. Kita berdua aja."
"Em..., oke le."
Deal, gua sama Ginting siap beresin kelas untuk keperluan besok. Oh ya, alasan gua waktu itu milih hanya Ginting karena, hanya dia orang satu-satunya yang gua bisa ajak untuk hal semacam ini. Selain itu, dia juga punya banyak waktu kosong dan dia bisa gua suruh-suruh untuk apapun. Hahahah. Tapi, dalam hal ini, disuruh untuk kebaikan bersama. Yuhuuuu.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, kita mulai tugas kita berdua. Tugas Ginting sangat simpel waktu itu. Gua cuman minta tolong dia untuk ngecek di beberapa kamar mandi, apakah ada pel lantai atau enggak. Sementara gua, gua balik sebentar untuk ngambil obeng plat yang nantinya digunakan untuk ngeruk lantai yang lengket dengan karet. Setelah kondisi kelas udah mulai sepi, gua sama Ginting mulai beres-beres. Ginting bertugas angkat bangku, sementara gua membersihkan sampah di laci. Setelah beres semuanya, kita nyapu seluruh lantai sekaligus membersihkan lantai yang lengket dengan obeng plat. Terakhir, kita pel seluruh lantai dengan sisa pewangi lantai hingga kelas terlihat harum dan cukup wangi. Dan sebelum kita pulang, gua sempat abadikan foto ruangan kelas tersebut untuk menunjukkan kalau kelas kita siap kedatangan tamu. Yeayyy.
Hari esoknya, tepatnya hari Jumat, kondisi kelas cukup berbeda. Ruangan serba bersih, lantai bening, dan suasana kelasnya lumayan sejuk. Yang membuat gua cukup merasa terkesan adalah, saat beberapa teman gua cukup takjub and SPEECHLESS dengan apa yang merka rasakan saat itu.
"Wow..., kelasnya bersih banget. Siapa yang bersihin ni???"
"Bersih banget. Tumben."
Dan, salah satu komentar guru Bahasa Indonesia gua, yaitu Bu Ria saat masuk ke kelas untuk ngajar kembali adalah...
"Wow. Bersih sekali kelasnya. Beda dengan yang kemaren. Luar biasa."
Ketika di tanya seperti ini....
"SIAPA YANG BERSIHIN INI?"
Maka jawabannya adalah....
DIA π π π |
Hahahah πππ
I'm so SPEECHLESS π. Ya walau ada gua juga sih yang ikut. Tapi bodo ah. Males gua. Hahahah (Lah π. Ngambek π).
Selanjutnya, cerita apa lagi ya.
Oh, cerita tentang teman musik. Mungkin ini cukup menarik ya kalau dibahas ya. Tentang kenapa dia jadi teman musik gua. Untuk teman musik ini, ceritanya gua bagi dua versi. Versi pertama itu cerita pas HTIF, dan cerita kedua adalah ketika ujian praktik. Gua mulai dari yang versi HTIF dulu.
Kalau cerita versi HTIF, gua sempat ingin yang namanya mempersembahkan penampilan terakhir di ujung acara HTIF. Gua pikir, "keren juga kali ya kalau acara HTIF ini, ada penutupan yang WOW dan SPEKTAKULAH. Jadi, acara gua gak terlalu garing-garing amat. Hahaha.". Setelah gua pikir, boleh juga tu ide gua. Cuman masalahnya, siapa orang yang bisa bantu gua. Waktu itu gua ingin sekali kalau penutupannya itu ada acara musik dari tim HTIF. Mungkin kalau dari sisi gua, gua untuk nyanyi ya...., gak jelek jelek amat sih. Hahaha π . Cuman, gua mikir kalau misal gak ada musik yang ngiringin gua nyanyi, pastinya agak hambar. Ditambah lagi, gua juga gak bisa main gitar. Jadinya, gua cari teman dekat gua yang bisa main gitar. Waktu itu, secara gak sengaja gua ngeliat Ginting main gitar. Entah persisnya kapan, yang jelas gua liat dia lagi asik main gitar ama yang lain. Setelah gua pikir lagi, "bisa kali ya?". Nah, next day-nya, entah kapan juga itu, gua juga lupa, gua ngobrol sama Ginting. Kebetulan Ginting di tim HTIF gua, jadinya gua bisa bicarain soal masalah keinginan gua.
"Ting, ting. Lu bisa main gitar ya?"
"Main gitar? Bisa le. Kenapa?"
"Nah. Kebetulan gini ting. Kan untuk acara HTIF ini, gua ada ide untuk memberikan penampilan yang agak wah gitu. Artinya, gua mau penutupannya itu lumayan keren. Nah, di penutupannya itu gua mau bawain lagu. Tapi, gua gak bisa main musik. Kebetulan lu bisa main gitar, lu mau gak duet ama gua?"
"Main di acara HTIF?"
"Iya."
"Lu minta gua main gitar?"
"Iya."
"Nanti pas HTIF, gue duet ama elu?"
"Iya, ting. Nanti gua yang nyanyi, lu yang main gitar. Bisa kan?"
"Gua yang main gitar? Di HTIF? Emm...., bisa le, bisa le."
Mendengar jawaban Ginting, gua jadi semangat untuk melakukan hal tersebut dan langsung mencari lagu yang bisa gua bawain di closing HTIF. Setelah gua cari lagu yang lumayan enak dan masih ada hubungannya dengat event HTIF, akhirnya gua latihan ama Ginting. Lagu yang gua bawain yaitu Kebesaran-Mu dari ST 12 dan Surga-Mu dari Ungu.
"Ting. Ayo latihan." ajak gua setelah acara berakhir.
"E..., gitarnya pake punya siapa?" tanya Ginting.
"Pinjam aja ama Pak Yakin." kata gua.
Ginting pinjam gitar Pak Yakin. Setelah Ginting dapat gitarnya, kita berdua mulai latihan nyanyi sekaligus sesuain nada bermain. Gua nyanyi, dia yang genjreng. Gua nyanyi, dia genjreng. Gua nyanyi, dia genjreng. Dan seterusnya, sampai kita bener-bener klop buat tampil.
Tepat puncak acara, yaitu hari Jum'at tanggal 23 Mei 2014 (Alhamdulillah gua masih inget π), gua sama Ginting akhirnya tampil sebagai penutup acara lomba. Kebetulan saat itu, lomba marawis adalah lomba terakhir di HTIF hari terakhir dan pesertanya cuman dua tim ππ (Sebenarnya ada tiga, cuman yang satu ngundurin karena bla bla bla, jadinya jalan aja deh acara π ), mau gak mau acara tetap harus jalan sesuai rundown. Huhuhu. Nah, sebelum acara dimulai seperti biasa MC bawain susunan acara. Karena juga MC-nya lagi ada acara, mau gak mau gua yang harus jadi MC dadakan. Dan lagi, ketika gua umumin sebelum acara, disitu gua........., jadi bego sekejap π
"Sebelum lomba marawis kita mulai, kita saksikan penampilan musik dari musisi HTIF yaitu Sulaiman dan juga Ginting..."
Dalam hati gua,
"Kok gua berasa bego bego bloon yak. Gua yang MC, gua yang manggil penyanyi, dan gua juga yang nyanyi. Haalahhhhh..........."
Akhirnya kita berdua nyanyi (walau gua berasa malu malu bego akibat tadi π), dan pas mau mulai itu...., gua lupa lirik. Hahahaha....
Lagu yang pertama....
πΆπΈJreng, jreng, jreng...
πΆπ₯Dum, dum, dum, tas...
............................................................
Eh sorry. Gua lupa liriknya
(YAHHHHHHHH..................................)
Lagu yang kedua......
πΆπΈJreng, jreng, jreng...
πΆπ₯ Dum, dum, dum, tas...
πΆ Kau/tempatku mengadu/ha...ti......//
πΆ Mem...beri segala hidup...//
πΆ Li...hat di langit/ na... na... na... na....//
...........................
Eh eh. Bentar. Liriknya gua lupa
(YA ALLAH SULE..........)
(LE.........., LE. MALU MALUIN GUA AJA LU...)
(MALU GUA LE, MALU......)
(HAHAHAHA)
Hingga akhirnya yang ketiga, gua terpaksa pake lirik dari Internet. Hahahahaπ . Pe'a ya gua.
Akibat dari kelakuan tadi, ya.... mau gak mau gua harus menanggung malu. Hahahaπ. Ditambah lagi, rasa malu gua makin menjadi jadi, karena gua gak cuman tampil di depan teman melainkan di depan tamu dan gua nyanyinya pake mic mushola. Otomatis, YA KEDENGARAN LAH SUARA GUA AMPE LUAR. WAKAKAKAKA πππ. AMPE SEMUA ORANG TAU KALAU YANG NYANYI ITU GUA. WAKAKAKπππ (HANJIR, GAK TAU MALU NI BOCAH π). Ya..., walau akhirnya juga ditutup dengan kejadian yang gak lucu sih. Tapi, enggak ah. Gua gak mau ceritain. Hahaha π .
(Padahal di kertas udah gua tulis panjang lebar loh π )
Itu tadi cerita versi yang HTIF. Untuk cerita yang versi ujian praktik ini, adalah bagaimana gua sama Ginting bisa sukses ujian praktik.
(Eh, gimana gimana? Gak paham gue bahasa elu π).
Jadi, di kelas 12 itu, cerita teman musik gua berlanjut. Kebetulan, Ginting satu kelas sama gua. Walau orang bilang, "Cieeee....., adek abang satu kelas.", "Cieee.....", gua dalam hati," Bodo ah lu mau bilang gua ape kek. Orang gua ama dia aja lahirnya beda rahim.". Hahahah (Piss ya Ginting. Muah Muahπππ. Hahahaπ ). Kembali ke cerita teman musik, saat itu guru musik gua yaitu Pak Yakin, minta kita semua bentuk kelompok musik. Salah satu diantaranya harus bisa main musik. Gua sempat bingung mau satu kelompok sama siapa. Kalau gua sekelompok sama Denny dan Iytsar, gua agak canggung. Kalau gua sekelompok sama Cecep, Tosa dan Oyong, malah jadi males gua. Oh ya, btw selain bentuk kelompok itu, ada tugas lagi dari Pak Yakin. Tugasnya itu adalah bikin lagu juga. Entah itu mau lagu bentuk mash up atau karangan sendiri, dipersilahkan. Jadinya, gua berpikir kalau gua harus benar-benar dapat teman yang paham banget soal keduanya.
Gua teringet sama satu orang yang bisa gua andalin. Dan, orang itu adalah.
Jeng-jeng,
(Wakakaka π. Udah kek ah. Kasian lu anak orangπ).
Ginting bisa gue bilang adalah lucky boy buat gua. Kenapa? Untuk urusn teman musik, gua gak ragu akan kemampuan dia dalam bermain gitar. Ditambah lagi, gua pernah duet sama dia waktu acara HTIF, jadinya gua berpikir kalau Ginting bisa jadi cocok buat gua jadiin teman musik. Ya..., walau itu gua sempat berpikir kalau gua bisa sekelas sama dia karena takdir Illahi atau apalah itu, tapi yang jelas gua beruntung punya teman sekelas kayak Ginting (CIEEEEEEEEEEEEEEπππ *HUSπ!).
Gua coba samperin Ginting buat ngomong masalah ini.
"Ting, udah dapet kelompok belum?"
"Belum le. Kenapa?"
"Satu kelompok sama gua yuk? Kita berdua aja."
"Sekelompok sama lu? Boleh le."
Akhirnya gua dapat teman kelompok musik, dan selanjutnya gua sama Ginting bicarakan soal bikin lagu. Kebetulan, lagu yang kita bikin ini nantinya akan dijadikan sebagai tugas ujian praktik seni musik di akhir. Jadinya, gua sama Ginting mencoba berbagai eksperimen tentang kedua hal tersebut.
Selama gua dan Ginting mencari-cari lirik lagu dan inspirasi lagu, kita berdua juga sering nyanyi bermacam-macam lagu di belakang kelas.
"Ting, ting. Coba lagu Peterpan dah." kata gua.
"Lagu yang mana le?" tanya Ginting.
"E..., lu tau ini gak ting. Yang buka dulu topengmu?" kata gua
"Itu gua gak tau kuncinya le..." kata Ginting lagi.
"Bentar. Gua coba cari dulu. Nah, ini ting." kata Gua sambil nunjukkin kunci gitarnya ke Ginting.
Kita coba main musik berdua, kita coba semua lagu yang bisa kita nyanyiin, secara gak sengaja, kita berdua membuat lagu mash up yang cukup unik. Kalau gak salah, lagu yang kita mash up itu adalah lagu Peterpan yang "BUKA DULU TOPENGMU", sama lagu Yovie and Nuno yang judulnya "JANJI SUCI". Lirik lagu yang kita bikin, kurang lebih seperti ini.
(πΆPake nada lagu Janji Suci - Yovie and Nuno)
π΅Dengarkanlah.../ Wanita Pujaanku...//
Malam ini akan kusampaikan...//
Hasrat Suci.../ Kepadamu/ De...wi...ku...//
Dengarkanlah kesungguhan ini...//π΅
π΅Aku... ingin.../ mempersuntingmu...//
Tuk yang pertama.../Dan terakhir...///π΅
(πΆPake nada lagu Buku Dulu Topengmu - Peterpan)
π΅Tapi buka dulu to...peng...mu.../ Buka dulu to...peng...mu...//
Biar kulihat wa...jahmu.../ Biar kulihat war...na...mu...///π΅
Terus, dan terus kita buat. Hingga akhirnya, kita berdua bisa nyanyi dengan lancar dan kompak.
Nah, keseruan kita dalam bermain musik ini gak cuman hanya sampe situ. Banyak juga kok teman-teman kita yang iseng-iseng ke belakang kelas untuk ikutan nyanyi dengan kita. Ya..., gak selalu lagu itu sih yang kita nyanyikan. Kadang lagu galau, kadang lagu happy, kadang lagu asing, pokoknya kita seru-seruan selama jam pelajaran musik. Hingga, kelompok gua bertambah dua orang lagi. Yaitu Iki dan juga Mira.
"Eh Sul, Sul. Gue boleh nanya gak?" tanya Iki.
"Nanya apaan?" tanya gua balik.
"Eng..., kelompok musik lu udah berapa orang?" tanya Iki lagi.
"Baru dua sih." jawab gua.
"Siapa aja le?" tanya Mira selanjutnya.
"Baru Gua sama Ginting doang." jawab gua. "Emang kenapa?" tanya gua kembali.
"Em...., eh. Gua boleh gak gabung kelompok sama elu?" tanya Iki minta ijin ke gua.
"Iya le. Boleh gak kita gabung kelompok lu nih?" tanya Mira juga menimpali pertanyaan Iki.
Gua sempat kaget dan sedikit bingung tentang keputusan mereka mau gabung di kelompok gua waktu itu. Tapi, daripada penasaran sih, gua coba tanya alasan mereka.
"Emang kenapa dengan kelompok lu sebelumnya? Bukannya, lu udah sekelompok ama Thomas sama Ardiyan?"
"Nah, itu dia le. Jadi tu, mereka susah buat diajak kerja kelompok untuk ginian. Terus, kita berdua kan ngeliat lu kayaknya serius banget nih main musik di belakang. Jadinya, kita mau join ke kelompok lu nih." jelas Iki tentang alasan di atas.
"Jadi gimana, le? Bolehkan?" tanya Mira memohon.
"Boleh le, boleh le. Plisssssssssss......." kata Iki ke gua.
"Boleh sih, boleh." jawab singkat.
Dan mereka pun akhirnya senang bisa join dengan kelompok musik gua.
"Yeaaay. Thank You Sule. Emang the best deh elo. Hahahaha." kata Iki sambil becanda dengan gua.
Dengan bertambahnya Iki dan Mira di kelompok gua, menambah warna tersendiri bagi kita dalam hal bermusik. Apalagi, dengan adanya mereka berdua di kelompok gua, kita juga lebih mudah dalam hal aransemen lagu untuk ujian praktik.
"Le, le. Coba lagu ini deh. Ini lagu yang udah gua buat pas kelas 11 buat lomba musikalisasi puisi."
"Ting, coba lu sesuain nada gitarnya deh. Ini gua ada rekamannya buat lu."
"Le. Untuk lagu yang lu nyanyiin kemarin. Gua ada ide nih. Untuk liriknya udah gua buat. Di coba dulu le nyanyiin."
Dan seterusnya. Kita terus latihan, latihan, dan terus bermain. Hal ini tentunya membuat kita semakin enjoy bermusik dan siap untuk menjalani ujian praktik musik di hari ujian praktik. Hingga ketika hari H, kita berempat bisa menjalani ujian praktik seni musik tersebut dengan membawakan aransemen lagu kita sendiri hingga semuanya berjalan lancar tanpa ada yang missing sedikit pun.
YEAAAAYYYY πππ!!!
Lalu..., apa lagi yang bisa gua ceritain tentang Ginting?
Oh, satu cerita lagi yang mungkin gak akan bisa gua lupain sampe kapanpun. Cerita dimana gua minta tolong dia bantuin gua buat nyari hadiah untuk seseorang. Seseorang ini adalah hal yang spesial dalam hidup gua. Hahaha. Tapi itu DOLO π . Gak tau deh sekarang. Hahahaπ . Untuk yang sesi seseorang ini, akan gua ceritain after that. Tapi yang jelas, Ginting adalah orang yang berjasa buat bantuin gua nyari hadiah untuk si seseorang ini. Gini ceritanya.
Waktu itu sekitar seminggu sebelum ulang tahunnya dia itu, gua sempat bingung mau ngasih si doi ni kado apaan. Kalau biasanya kan, ceweknya ulang tahun itu paling dikasih boneka, kue, atau apalah gitu. Nah, gua ini cukup bingung karena it's to general menurut gua. Saat itu dipikiran gua ada dua. Gua kasih bunga, atau gua kasih kesukaan dia. Setelah gua renungin, mungkin keduanya bisa. Dan plan gua adalah beliin kado dia yaitu buku novel, karena dia suka baca novel. Karena gua juga gak mau ngecewain dia untuk yang satu ini, alhasil gua minta tolong Ginting untuk bantu gua.
"Ting, lagi sibuk gak?" tanya gua.
"Sibuk? Enggak le." jawab dia.
"Temenin gua Dhuha yok Ting." ajak gua.
"Ayo le." kata dia lagi.
Sepanjang gua sama Ginting jalan ke Musola, gua coba ngobrol sama dia soal niatan gua tadi.
"Ting, kebetulan kan si **** kan minggu depan ulang tahun. Terus, gua pengen beliin dia itu buku novel yang bagus. Yang menarik buat dia lah. Tapi, gua bingung novel yang mana yang mau gua kasih. Lu mau bantuin gua gak untuk cariin dia novel yang bagus?"
"Novel buat si **** ? Yang bagus?"
"He eh."
"Em..., boleh sih. Kapan belinya?"
"Hari Jumat, ting. Di Gandaria. Kan sekalian nganter lu pulang juga. Dekat kan dari rumah lu?"
"Oh...., boleh sih."
"Tapi, Jum'at lu kosong kan?"
"Jum'at...? Kosong sih le kayaknya."
"Ohhh..., baguslah."
"Tapi Inshaa Allah le ya, kalau gua bisa, gua bantuin lu."
"Oke ting. Santai aja."
Akhirnya kita sepakat, dan gua prepare untuk hari Jumat.
Nah, pas Hari Jum'at, sepulang sekolah, gua sama Ginting jalan buat nyari kado untuk si doi di Gramedia Gandaria. Kebetulan dekat dengan rumahnya si Ginting, jadi alasan gua buat nyari hadiah doi di situ. Setelah kita masuk ke Gramedia, kita berdua mencar buat cari buku yang bagus.
"Ting. Kita bagi tugas. Lu nyari buku novel yang bagus di sana, terserah berapapun itu. Gua nyari buku novelnya di sini. Oke." kata gua sambil bagi tugas.
"Tapi, le. Gua gak tau mana yang bagus buat ****." kata Ginting ragu.
"Santai aja, nanti kita seleksi berdua. Woles aza." kata gua sambil nenangin dia.
"Woles. Oke le." kata Ginting.
Akhirnya kami berdua pergi cari novel yang bagus. Novel yang gua ingin cari itu, adalah novel yang romantic, ceritanya lumayan menarik, covernya bagus, dan yang penting si doi senang gitu hadiah dari gua. Setelah kita cari, cari, cari, akhirnya kita berdua dapat buku yang sesuai kriteria gua pengen.
"Gimana ting? Udah?" tanya gua.
"Udah ni, le. Tapi, gue gak tau mana yang bagus. Gue cuman ambil yang menurut gue paling bagus aja sesuai yang lu omongin." jelas dia.
Setelah dapat, kita berdua seleksi buku-buku yang kita ambil.
"Itu bagus. Itu enggak. Itu... bagus. Itu... skip. Itu bagus. Oke. Sekarang elu ting."
"Bagus. Enggak. Enggak. Bagus. Enggak."
Seperti itu kita seleksi bukunya, hingga kita berdua dapat buku yang menurut kita itu cocok sama kriteria kita. Seinget gua sih, novelnya itu kalau gak salah covernya warna pink, cuman gua agak lupa ama judulnya. But, forget it. Akhirnya gua bayar, dan misi selesai.
Sekitar hari selasa pas ulang tahun doi, gua kasih surprise hadiah itu, dan doi lumayan senang dari hadiah tersebut. Hehehe. Pas dia bilang makasih untuk kadonya, gua bilang, "Itu juga di bantu Ginting kok buat nyari gituan.". Si doi senang, dan gua cukup berterima kasih atas bantuan dia untuk hal tersebut.
YOWWWWWWW π
Jadi, itulah ending cerita keseruan gua sama Ginting selama 3 tahun di SMA Hang Tuah. Ya..., walaupun ceritanya gak lucu-lucu amatlah ya ama yang HT (sebenarnya yang HT juga gak ada yang lucu sih. Atau ceritanya GARING semua. Hahahah π), tapi banyak cerita yang bisa dibilang gua habiskan sama Ginting. Gua juga inget, dulu gua pernah nganter dia pulang ke rumah hingga akhirnya celana gua robek karena gua sok sok an mau belok kayak pembalap. Lalu, gua juga inget dia pernah di bilang "ALIEN" sama senior gua waktu rapat Gebyar Hang Tuah, "Wei, wei, Diem! Alien mau ngomong". Sampe, waktu gua mau latihan musik ama dia, si Ginting malah main setan-setanan atau penampakan apalah itu di ruang biologi, "ting, ting. Coba lu liat ke sana ting. Ada penampakan gak?". Pokoknya, aneh aneh aja itu cerita yang gua alamin. Hahahah π.
Tapi, terlepas dari situ gua sangat bersyukur bisa punya teman kayak dia. Satu-satunya teman unik, khas, dan jadi primadona untuk angkatan 2015 kita. Kalau gak ada dia, mungkin seperti ada yang kurang gitu ya. Hahahaha. Apalagi kan, dia unik karena bisa menghapal seratus plat nomor dan bisa menyebutkan tanpa salah sedikit pun. Pokoknya, de best dah dia. Hohohoho.
Thank You Buat Ijinnya Mas Bro π |
Selanjutnya,
Gua sebenarnya agak gimana ya mau ceritain yang satu ini, gitu. Ya percaya gak percaya sih, tapi lu harus percaya apa yang gua omongin setelah ini. Intinya, stay tune aja yak untuk the next storynya. Hohoho.
SULE? PERNAH PACARAN? AH MASAAAAAAA?
0 comments:
Post a Comment